Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengapa Kompos Sering Disebut "Emas Hitam"?

25 Oktober 2024   13:34 Diperbarui: 27 Oktober 2024   15:15 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompos, si Emas Hitam | dokumentasi pribadi

Hari minggu lalu saya kembali memanen kompos. Tidak seperti panenan sebelumnya yang diambil langsung dari ember komposter untuk diletakan di pot-pot tanaman, kini saya memakai saringan bambu untuk mengayak dan mendapatkan kompos yang lebih halus.

Hasilnya lumayan. Setelah diayak, kompos terlihat seperti butiran-butiran kecil. Halus dan mudah dibaur dengan media tanam lainnya. Teksturnya agak lembap, namun tidak bisa juga dibilang basah. Yang terpenting, bau sampahnya sudah hilang dan warnanya menghitam.

Saya lantas teringat dengan sebutan lain kompos yakni "Black Gold" alias "Emas Hitam". Kira-kira apakah kompos memang cocok disebut demikian?

1. Hitam menandakan kompos yang sudah matang

Kompos adalah hasil penguraian bahan organik yang berupa sisa makanan, daun-daun kering, ranting, dan lainnya. Proses mengompos memanfaatkan hewan pengurai dan mikroba seperti bakteri, jamur, dan ragi untuk melakukan dekomposisi.

Di awal pengomposan, komposmu mungkin terlihat warna-warni karena kamu baru memasukkan bahan organik. Setelah tiga minggu, warna-warna tersebut perlahan memudar. 

Kemudian setelah dua-tiga bulan, kompos akan mulai menghitam. Saat itu berarti komposmu sudah matang dan siap digunakan.

Ya, warna hitam kompos menandakan hasil penguraian yang telah selesai sempurna.

Kompos yang masih bewarna-warni | dokumentasi pribadi
Kompos yang masih bewarna-warni | dokumentasi pribadi

Warna hitam di kompos juga menandakan nutrisi yang kaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun