Pandemi Covid-19 menyisakan banyak persoalan, salah satunya sampah masker sekali pakai.
Dilansir dari The Independent (melalui Kompas.com), 129 miliar masker sekali pakai digunakan masyarakat di seluruh dunia setiap bulannya. Sedangkan di Indonesia, 18.460 ton limbah medis terkumpul sepanjang pandemi Covid-19 termasuk sampah masker.
Berbeda dengan sampah anorganik lain yang bisa dikreasikan, sampah masker cenderung sulit didaur ulang.
Menurut KataData, ada 160 miliar sampah masker sekali pakai yang berakhir di lautan. Sedangkan sisanya menumpuk di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dengan kemungkinan terurai hingga 450 tahun.
Lantas, sampai kapan kita terus menenggelamkan bumi dengan sampah masker?
Awal mula maraknya masker sekali pakai
Penggunaan masker sekali pakai sebelum Covid-19 bisa terbilang sedikit. Jenis masker ini biasanya hanya ditemui di kalangan tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat di rumah sakit.
Dulu, saya dan keluarga lebih sering menggunakan masker kain. Begitu juga dengan teman-teman sekolah dan kuliah yang banyak memilih masker kain dengan warna dan corak yang beragam.
Alasannya cukup sederhana, masker kain bisa dipakai berulang kali sehingga hemat pengeluaran. Selain itu masker kain juga cukup mudah ditemui karena banyak dijajakan di pinggir jalan.