Mengompos adalah kegiatan rutin yang saya lakukan selama tiga bulan terakhir. Saya tidak lagi membuang sampah sisa makanan ke tong sampah yang hanya berakhir di TPU. Kini, semua sampah organik saya masukkan ke wadah komposter untuk kemudian dicampurkan dengan daun-daun kering, cocopeat, dan tanah.
Hasil dari mengompos saya jadikan campuran untuk tanaman buah dan sayur saya di pekarangan rumah. Hasilnya? Mereka tumbuh subur bahkan hingga berbunga dan berbuah.
Satu hal yang saya petik dari mengompos adalah "tidak ada kompos yang gagal".
1. Komposmu bisa berbau busuk, namun bukan berarti gagal
Bau busuk adalah tanda bahwa komposmu terlalu basah. Kamu bisa melakukan penjemuran di bawah sinar matahari, agar bau itu perlahan menguap.
Saya sendiri melakukan penjemuran pada saat mengaduk kompos yang dilakukan dalam tiga hari sekali.
Setelah dijemur dan dirasa masih basah, kamu bisa menambahkan material coklat seperti dedaunan kering, serbuk kayu, sekam padi, atau potongan kardus. Sifat kering dari material coklat ini akan membantu menyerap air dari sampah organik, sehingga komposmu tidak lagi bau.
2. Komposmu bisa dipenuhi belatung, lalat, semut, dan cacing, namun bukan berarti gagal
Kehadiran serangga adalah pertanda bahwa sampah organikmu mungkin mengandung lemak atau material hewani.
Ya, makanan berlemak seperti keju dan susu, ataupun tulang ayam dan ikan adalah jenis sampah yang sebaiknya kita hindari dalam kompos. Pasalnya sampah makanan tersebut sangat disukai para serangga, apalagi jika ditaruh di tempat lembap.