Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Homesteading", Belajar Hidup yang Sebenar-benarnya

9 Juni 2024   12:54 Diperbarui: 9 Juni 2024   21:02 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, saya sedang senang mengetik kata “homesteading” di kolom pencarian Google dan Youtube.

Homesteading, yang jika digoogletranslatekan berarti wisma. Adalah rumah beserta perkarangannya yang dimanfaatkan untuk kemandirian pangan.

Dalam pengertian yang lebih luas, homesteading terdiri dari pertanian, peternakan, pengawetan makanan di rumah, dan juga produksi pakaian serta kerajian skala kecil baik untuk dipakai sendiri maupun dijual.

Sumber: Instagram @Gubbahomestead
Sumber: Instagram @Gubbahomestead

Rasa penasaran saya bermula dari postingan Instagram @Gubbahomestead. 

Wanita yang menamakan dirinya sebagai homesteader ini sering mengunggah videonya sedang berternak ayam, memerah susu kambing, memanen madu, mengawetkan sayur serta buah, dan lain-lain.

Postingan paling menarik dari Gubba (bagi saya) adalah ketidakpercayaannya pada sunscreen! Ya, produk yang sering dielu-elukan para selebritis kecantikan itu menurutnya adalah sebuah kebohongan yang nyata.

Gubba berpendapat bahwa sinar matahari itu baik, bahkan sangat baik untuk kulit. Sebaliknya, sunscreen membuat kulit jadi kehilangan vitamin D dan tidak ternutrisi. Sayangnya, orang-orang lebih takut dengan sinar matahari dibanding kanker

Melihat Gubba yang sangat “alam” dan tidak takut bertempur dengan matahari, membuat saya terus penasaran. Rasanya asyik juga melakukan homesteading seperti Gubba dan kakek-nenek kita dahulu.

Baiklah, mari kita bulatkan tekad. Saya akan menyusun perencanaan homesteading mulai saat ini.

1. Membuat kompos

Hal pertama yang langsung terpikirkan adalah membuat kompos. 

Mengompos adalah salah satu bentuk tanggung jawab kita terhadap keberlanjutan dan juga alam. Jika dipikir-pikir modal membuat kompos juga hampir nol!

Saya hanya perlu mengumpulkan sampah potongan sayur dan sisa makanan, tanah dan daun kering. Kemudian semuanya dimasukkan ke wadah tertutup, dan dicampur air cucian beras atau bio aktivator.

Hasil dari mengompos bisa dijadikan media tanam untuk memulai tahap kedua: pertanian.

2. Menanam sayur dan buah

Di masa Covid-19 (sekitaran tahun 2020–2021), saya sempat mengikuti trend menanam. Kala itu, segala aktivitas di lakukan dari rumah: bekerja dari rumah, sekolah dari rumah, berbelanja dari rumah.

Jadilah kegiatan baru alias hobi yang dapat dilakukan di rumah saja mulai bermunculan, salah satunya menanam.

Saya memilih menanam buah dan sayur yang bisa dinikmati hasilnya, ketimbang tanaman hias. Saat itu tanaman saya cukup berhasil, walaupun memerlukan waktu lumayan lama untuk tumbuh. xixixi

Saya menanam bayam, kangkung, pakcoy, seledri, daun bawang hingga cabe, tomat dan timun.

Dengan bekal pengalaman ini, saya yakin untuk kembali memulai berkebun. Syukur-syukur berlimpah dan tidak perlu beli sayur lagi deh di pasar.

3. Beternak ayam dan kambing

Salah satu yang belum pernah saya pikirkan dan coba direalisasikan adalah beternak. Memelihara tanaman mudah saja: siapkan lahan dan nutrisi, lantas tanaman akan tumbuh sendiri.

Lain halnya dengan memelihara hewan, di mana mereka hidup layaknya manusia: butuh ruang gerak, mengeluarkan kotoran, berkembang biak, bersuara, dan lain sebagainya.

Namun beternak adalah salah satu opsi kemandirian pangan yang patut diperhitungkan.

Beternak ayam, misalnya. Kini sudah ada jenis ayam petelur yang bisa bertelur 2 kali dalam sehari. Bayangkan berapa banyak biaya yang bisa kamu hemat karena tidak membeli telur lagi.

Selain itu, ayam juga bisa dibiakkan untuk menghasilkan anakan atau dipotong untuk konsumsi keluarga.

Beternak kambing juga jadi opsi yang saya pikirkan. 

Setidaknya ada 3 manfaat yang bisa saya dapat dari kambing: (1) susunya, dapat diminum sendiri atau dijual, (2) pupnya untuk membuat pupuk kandang, dan tentu saja (3) dagingnya, untuk konsumsi pribadi atau dijual saat hari raya Idul Adha.

Di era yang serba instan, membuat kita terkadang melupakan proses. 

Kita terbiasa memakan burger, meminum boba, mengemil ciki, tanpa tahu bahan apa yang terkandung dan bagaimana memrosesnya.

Sedang homesteading membawa kita kembali ke cara-cara lama: berkebun, beternak, mengolah sampah untuk kembali menjadi tanah. 

Karena alam bukan hanya tentang udara dan tempat tinggal, namun ia adalah teman. Alam akan mengajarimu proses-proses kehidupan.

--

9 Juni 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun