Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Menakar Tarif Prangko dalam Negeri yang Bikin Gigit Jari

12 Desember 2022   20:10 Diperbarui: 12 Desember 2022   22:01 5589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prangko Indonesia | dokumentasi pribadi

Tidak banyak yang mengetahui bahwa prangko masih aktif diperdagangkan dan dipergunakan hingga saat ini.

Bentuknya yang kecil dan memiliki nominal, membuat banyak orang mempersamakannya dengan materai. 

Hanya saja, materai lebih sering ditemui dalam surat perjanjian atau dokumen penjualan. Sedangkan prangko mungkin hanya dikenali para filatelis atau mereka yang masih menekuni hobi bertukar surat dan kartu pos.

Saya sendiri baru berkecimpung dalam dunia prangko sejak bergabung dengan wadah pertukaran kartu pos, yakni Postcrossing, pada Februari 2021 lalu.  

Dalam kurun waktu 2 tahun ini saya mengakui bahwa dibalik tarifnya yang terjangkau, kiriman berprangko memiliki beberapa kelemahan. 

Salah satunya adalah tidak bisa dilacak, sehingga sulit untuk mengetahui keberadaan kiriman. Terlebih tidak ada waktu pasti kapan kiriman berprangko tersebut sampai. 

Hal ini membuat pengirim maupun calon penerima bertanya-tanya, sudah sampai mana dan berapa lama lagi kiriman akan sampai. Bahkan tidak jarang juga kiriman berprangko yang berakhir hilang. 

Nahasnya, kita tidak bisa komplain atau meminta bantuan petugas pos untuk mencari kiriman tersebut, karena mereka pun tidak memiliki catatan detail terkait pengiriman dan penerimaan surat berprangko.

Kelemahan-kelemahan tersebut awalnya saya maklumi karena tarif prangko yang sangat murah. Terhitung hanya Rp 3.000 untuk kiriman surat/kartu pos ke dalam negeri, dan Rp 6.000 - 8.000 untuk tujuan luar negeri.

Namun itu dulu, sebelum Kepmen Kominfo No. 222 Tahun 2022 disahkan pada bulan Mei lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun