Tidak banyak yang kau miliki dalam hidup. Selain baju yang tidak lebih dari setumpuk dan sepasang sepatu dan seekor kucing.
Kau tidak pernah suka kucing. Bulunya yang bisa menempel di mana saja membuatmu ogah mendekati, lebih-lebih memelihara.
Namun ada yang berbeda dari Raden Soerjo. Ya, kau memberi nama makhluk berbulu itu.
Matanya kuning runcing. Jarang membulat, kecuali ketika benar-benar lapar. Mulutnya huruf v terbalik, dengan gigi taring yang lebih sering mencuat.
Ia tidak banyak mengeong. Namun menyahut ketika kau panggil namanya. Tampaknya Raden Soerjo tahu kapan saatnya berbicara maupun berdiam. Huh. Seperti orang dewasa saja.
Semenjak ada Raden Soerjo, kamar petakmu terasa ramai. Kau jadi memiliki teman bicara. Meski itu artinya hanya kau yang bicara.
Pernah kau bertanya, "Jo, apa kau percaya kalau bumi ini bulat?"
Raden Soerjo mengeong. Mungkin ia percaya, mungkin tidak. Setelah dua tahun hidup bersama, kau masih tidak mengerti maksud meongannya.
"Bagaimana kalau komunitas flat earth benar dan bumi ini ternyata datar?"
Raden Soerjo diam kali ini. Mungkin gagasan bumi datar tidak pernah terlintas dari benak seekor kucing. Apa pedulinya? Toh ia tetap kucing, dan kucing tidak bisa terbang untuk membuktikan bumi itu bulat atau datar.