Kau menengadahkan muka
Menekuri gumpalan kapas putih yang membentuk entah apa
Mungkin anggrek bulan
Mungkin kuku macan
Dalam hidup, banyak hal yang kau damba
Beberapa terdengar gila
Namun kau masih saja berangan memeluk bulan, dan meraih bintang
Tak disangka lagu romansamu berefek panjang
Kau bahkan percaya bahwa bintang jatuh benar-benar mengabulkan keinginan
alih-alih senjata Tuhan untuk melempar setan
Namun di sini
Banyak hal yang sepatutnya kau syukuri:
Kucing oranye selalu menyambutmu pulang
Meminta makan, tentunya
Namun kemudian turut menemanimu merenungi gegana
Mungkin baginya kau adalah kucing tua gemuk yang tak memiliki keinginan selain memandangi ikan
Bukannya memakan (ikan), kau malah ikut berenang
Ombak mengoyakmu, hiu hampir menelan buntutmu
Namun ajaibnya kau tetap sehat dan utuh
Kapas putih yang kau perhatikan sekarang berkilau jingga
Malam sebentar lagi datang
Jika tetiba sebuah bintang jatuh dari kejauhan
kau mungkin tak akan berlari memeluk
atau berepot-repot merapal doa
bukan, bukan karena kau telah insaf
melainkan karena doamu terlalu banyak, terlalu panjang, dan tak tahu mana yang harus didahulukan
Kau hanya ingin menatap bintang jatuh itu dalam diam
Menikmati atraksi cahayanya untuk kemudian tertidur lelap
Kau akan bermimpi satu dua kenangan hangat
Dan bangun tanpa banyak berharap
--
TS
7 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H