Dan di alam semesta yang sebesar ini,
kau masih mencari:
tulang belulang,
ruang lenggang,
derap kaki tak bertuan.
"Aku lelah," katamu hari ini.
Tapi lusa kau kembali mencari.
Ibarat seorang petualang,
Tekadmu tak begitu saja lekang.
Meski pada kenyataannya:
mimpi selalu kalah,
dunia selalu salah,
harapan selalu patah.
Ibarat berjalan di tengah belukar,
kau yakin sedang tersesat.
Debu alam semesta membuatmu sesak.
Beban di pundakmu bertambah berat.
Kau mengeja napas satu-satu.
Peluh memenuhi kening.
Doa mengalun dalam hening.
Nyata-nyatanya,
tak ada yang lebih arif dibanding garis edar matahari.
Meski alam semesta meminangnya dengan sejuta pesona.
Ia tak pernah beralih, berdalih.
Nyata-nyatanya,
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni.
Meski bumi tengah disirami berjuta matahari.
Ia tetap bersabar, bertahan.
--
Mar 2020, Mar 2021 [TS]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H