Pagi ini, saya membuka Twitter untuk mengecek berita baru. Ya, Twitter memang sudah saya jadikan sebagai media untuk melihat apa yang terjadi hari ini. Beberapa masih meramaikan kasus #GejayanMemanggil dan beberapa RUU yang kontroversial serta kerusuhan yang terjadi di Wamena.
Namun ketika melihat kolom trends, di sana muncul "Menara Saidah" dengan twit lebih dari 6 ribu kali. Lantas saya bertanya-tanya, ada apa dengan menara saidah?
Sebenarnya saya kurang mengetahui letak di mana Menara Saidah. Mungkin ini dikarenakan saya yang kudet alias kurang update atau mungkin kebiasaan saya yang tidak terlalu memerhatikan nama gedung ketika berjalan melintasi Jakarta.
Setelah melakukan penelusuran di google, Menara Saidah ternyata terletak di Jl. Letjen M. T. Haryono. Dirujuk dari berbagai sumber, pada awalnya gedung ini dikerjakan oleh PT Hutama Karya yang kemudian menjadi milik Mustika Ratu. Lalu gedung ini dilelang, yang akhirnya dimenangkan oleh keluarga Saidah.
Ya, penamaan Saidah ternyata berasal dari pemilik gedung. Kepemilikan pertama dipegang oleh Fajri Setiawan yang merupakan anak kelima dari Nyonya Saidah. Lalu ketika Fajri meninggal, kepemilikan beralih ke tangan suami Inneke, anak bungsu Nyonya Saidah.
Dari cerita kepemilikan di atas memang tampak tidak ada yang janggal. Namun entah kenapa bangunan yang sebelumnya ramai disewa para pembisnis ini, perlahan ditinggalkan, hingga akhirnya kosong dan resmi ditutup pada tahun 2009.
Konon para penghuni di sana sering mengalami berbagai kejadian mistis. Mulai dari suara yang tidak bertuan, lampu yang tiba-tiba meredup, hingga lift yang mendadak tidak bergerak. Belum lagi sosok hantu berbaju merah yang menghuni lantai 3, dan sosok misterius lainnya yang lalu lalang sehingga Menara Saidah tampak "ramai" oleh mereka yang tak kasat mata.
Selain kehororannya, penyebab penyewa meninggalkan Menara Saidah adalah karena bangunan tersebut dianggap mirip, dan sewaktu-waktu mungkin bisa saja roboh. Namun hal ini ditangkis oleh sang kontraktor, yakni PT Hutama Karya.
Ary Widiantoro, Sekretaris PT Hutama Karya, menyebutkan bahwa Menara Saidah tidak mungkin miring, karena jika miring pasti menimbulkan tekanan pada dinding bangunan yang akan menyebabkan kaca pecah. Sedangkan kaca-kaca di Menara Saidah masih berada di tempatnya alias tidak pecah.