Maaf adalah kata yang biasa diucap saat momen lebaran tiba. Bahkan kata ini sudah bertebaran sejak malam sebelum sholat ied dilaksanakan. "Mohon maaf lahir batin", begitulah isi percakapan di whatsapp, facebook, dan instagram.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, maaf /ma.af/ terbagi menjadi 3 arti,
1. Pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dan sebagainya) karena satu kesalahan; ampun. Contoh kalimat: minta maaf.
2. Ungkapan permintaan ampun dan penyesalan. Contoh kalimat: maaf, saya datang terlambat.
3. Ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu. Contoh kalimat: maaf, apakah saya boleh bertanya.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa maaf dapat diartikan sebagai sebuah permintaan atau pengampunan. Lalu bagaimana kita menyikapi fenomena obral kata maaf di hari raya ini?
Obral Maaf di Hari Raya, Tulus atau Sekadar Formalitas?
"Mohon maaf lahir batin, atas segala khilaf dan salah yang telah dilakukan, baik secara sengaja ataupun tidak. -A dan keluarga."
Permintaan maaf di atas sudah sangat lazim beredar di media sosial, seperti facebook dan instagram. Tidak jarang juga kita menyampaikannya langsung melalui chat personal di whatsapp atau sms. Bagi yang terhalang jarak, permintaan maaf disampaikan melalui telepon suara atau video call.
Lalu pertanyaannya, apakah kita benar-benar meminta maaf atau itu hanya sebuah formalitas di hari raya?
Permintaan maaf yang tulus adalah permintaan maaf yang diiringi dengan pengakuan kesalahan yang pernah kita perbuat. Tentu bukan hal yang mudah untuk mengakui kesalahan. Hanya orang-orang legowo dan rendah hati yang dengan berani mengakui kesalahan. Namun, itulah yang harus kita lakukan.
Setelah mengakui kesalahan, selanjutnya adalah berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Bukankah begitu alur bertaubat? Untuk apa kita meminta maaf jika hanya untuk mengulang kesalahan yang sama karena berpikir bisa meminta maaf lagi?