Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Menyikapi Fenomena Obral Kata Maaf di Hari Raya

5 Juni 2019   21:36 Diperbarui: 6 Juni 2019   05:08 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tradisi bermaafan ketika lebaran | sumber: easymytrip.com

Maaf adalah kata yang biasa diucap saat momen lebaran tiba. Bahkan kata ini sudah bertebaran sejak malam sebelum sholat ied dilaksanakan. "Mohon maaf lahir batin", begitulah isi percakapan di whatsapp, facebook, dan instagram.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, maaf /ma.af/ terbagi menjadi 3 arti,

1. Pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dan sebagainya) karena satu kesalahan; ampun. Contoh kalimat: minta maaf.

2. Ungkapan permintaan ampun dan penyesalan. Contoh kalimat: maaf, saya datang terlambat.

3. Ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu. Contoh kalimat: maaf, apakah saya boleh bertanya.

Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa maaf dapat diartikan sebagai sebuah permintaan atau pengampunan. Lalu bagaimana kita menyikapi fenomena obral kata maaf di hari raya ini?

Obral Maaf di Hari Raya, Tulus atau Sekadar Formalitas?
"Mohon maaf lahir batin, atas segala khilaf dan salah yang telah dilakukan, baik secara sengaja ataupun tidak. -A dan keluarga."

Permintaan maaf di atas sudah sangat lazim beredar di media sosial, seperti facebook dan instagram. Tidak jarang juga kita menyampaikannya langsung melalui chat personal di whatsapp atau sms. Bagi yang terhalang jarak, permintaan maaf disampaikan melalui telepon suara atau video call. 

Lalu pertanyaannya, apakah kita benar-benar meminta maaf atau itu hanya sebuah formalitas di hari raya?

Permintaan maaf yang tulus adalah permintaan maaf yang diiringi dengan pengakuan kesalahan yang pernah kita perbuat. Tentu bukan hal yang mudah untuk mengakui kesalahan. Hanya orang-orang legowo dan rendah hati yang dengan berani mengakui kesalahan. Namun, itulah yang harus kita lakukan.

Setelah mengakui kesalahan, selanjutnya adalah berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Bukankah begitu alur bertaubat? Untuk apa kita meminta maaf jika hanya untuk mengulang kesalahan yang sama karena berpikir bisa meminta maaf lagi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun