Sedangkan jika di bus, kita hanya bisa menanti macet dengan sabar dan khidmat. Percayalah jika badai bisa berlalu, kemacetan juga pasti berlalu, heuheu..
Harus siap mendengar tangisan anak
Perjalanan dengan bus memakan waktu lebih lama dibanding kereta api dan pesawat. Belum lagi ditambah macet dan pengap karena sempitnya ruang dan banyak orang. Hal-hal inilah yang membuat anak kecil cenderung tidak tahan dan akhirnya menangis.
Tangisan anak bukan hal yang baru bagi saya. Di setiap perjalanan, pasti ada saja anak yang selalu menangis, entah kegerahan, ingin cepat sampai, atau ingin pipis namun terjebak di tengah kemacetan.Â
Rasa kasihan pasti selalu muncul, tapi dibalik itu juga terdapat rasa pengang ya memenuhi kepala. Pada akhirnya, yang dapat saya lakukan hanya bersabar. Saya percaya, macet dan tangisan anak merupakan latihan mental yang dapat menaikkan derajat kesabaran.
Sajian pemandangan indahÂ
Salah satu keuntungan yang bisa kamu dapat ketika naik bus adalah matamu akan disajikan oleh pemandangan indah. Hamparan sawah dan perkebunan bisa membuatmu sejenak lupa oleh tangisan dan macet yang tengah mendera.
Jika beruntung, kamu mungkin akan mendapatkan momen matahari terbenam alias sunset, dimana langit berubah oranye dan matahari bagaikan kelereng emas yang hendak membenamkan diri.
Pemandangan khas Ibukota dengan gedung-gedung pencakar langit tidak lagi kamu temui di sini. Yang ada hanya rumah-rumah sederhana atau jalan yang berliuk mengikuti struktur tanahnya. Dengan begini, kamu dapat menghirup satu aroma yang tak pernah kamu temui di ibukota. Ya, aroma kebebasan!Â
Menikmati makanan khas daerah di tempat pemberhentian