Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Saatnya "Puasa Jari", Agar Tak Banyak Manusia Sakit Hati di Bulan Suci

17 Mei 2019   15:40 Diperbarui: 17 Mei 2019   15:41 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi media sosial | sumber: https://www.dream.co.id

Lalu bagaimana cara kita agar terhindar menjadi one click killer ini?

1. Jangan Mudah Terpancing Emosi

Emosi yang kuat akan membawa kita menjadi manusia yang tidak sabaran. Pada akhirnya kita langsung menyebarkan sebuah berita, tanpa pikir panjang.

Seperti misalnya, kita menemukan berita bahwa Produk "X" ternyata mengandung senyawa yang tidak baik bagi tubuh. Di bawah berita itu ada tanda tangan seorang dokter serta penelitian yang tengah ia jalankan. Karena sudah terbakar emosi, kita langsung menyebarkan berita itu, tanpa kita cek lagi kebenarannya. Kita tidak tahu, apakah yang membuat berita itu rival produk "X" atau benar-benar seorang dokter yang tengah melakukan penelitian.

Jika berita itu ternyata berasal dari rival produk "X" yang memang berniat menjatuhkan, maka kita sudah termakan umpan sekaligus mematikan bisnis produk "X". Kita tidak tahu berapa banyak karyawan yang dimiliki PT "X", dan jika penjualannya terus menurun, berapa banyak orang yang terancam kehilangan pekerjaannya. Lalu berapa banyak beban yang harus mereka tanggung, sedangkan anak-anak mereka tetap harus diberi sandang, pangan, dan papan.

Kita tidak tahu, dan tidak pernah tahu. Karena yang kita tahu hanyalah sebar dan sebar. Maka dari itu, penting untuk mengontrol emosi dan mengecek kebenaran sebelum menyebarkan berita di media sosial.

2. Tanyakan pada diri sendiri

Mungkin belum banyak yang menyadari, bahwa kita sebenarnya memiliki sebutir permata yang sering disebut orang sebagai hati nurani. Hati inilah yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita dengan penuh kejujuran.

Saya teringat kasus Audrey, dimana pelaku penganiaya yang memposting boomerang di media sosial menjadi bahan hujatan di media sosial. Tidak banyak dari para warganet yang menggunakan kata-kata kasar, atau bahkan umpatan yang menurut saya cukup menyakitkan.

Lalu, pernahkah kita untuk bertanya pada diri sendiri, apakah kata-kata kita akan menyinggung perasaannya? Apakah ia akan terluka? Bagaimana dengan orang tuanya? Apakah ia akan malu mempunyai anak seperti dia? Bagaimana jika kita yang mendapat kata-kata tersebut? Apakah kita akan menangis dan kecewa? 

Dan ketika kasus Audrey terbalik, hastagh #AudreyJugaBersalah digaungkan, semua orang mendadak sadar bahwa apa yang mereka lontarkan kepada para pelaku sudah cukup keterlaluan. Bahkan beberapa dari mereka justru menyerang Audrey balik, dengan mengatakan "the little Saraumpet".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun