Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, jadi Game Changer untuk lingkunganmu!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Berburu Tanda Tangan, Tradisi Ramadan yang Mulai Hilang

9 Mei 2019   21:34 Diperbarui: 9 Mei 2019   23:08 6704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi berburu tanda tangan imam | www.idntimes.com

Ramadhan adalah hal yang ditunggu-tunggu bagi semua kalangan, tidak terkecuali anak kecil. Dulu, bagi saya, Ramadhan adalah waktu yang menyenangkan karena intensitas bertemu dengan teman-teman akan lebih banyak dikarenakan banyak kegiatan yang akan dilalui bersama seperti mengajibuka bersama, hingga shalat tarawih. Dengan begitu, saya mempunyai waktu yang lebih banyak untuk bermain, bercengkrama, dan bercerita.

Maka, jika ditanya tentang tradisi Ramadhan yang paling melekat, maka ingatan saya akan terbang ke masa-masa itu. Lantas benar jika ada yang mengatakan bahwa selamanya kita akan merindukan masa kecil. Karena seperti kata Julian Barnes, "memories of childhood were the dreams that stayed with you after you woke."

Salah satu kenangan masa kecil yang masih melekat ketika Ramadhan adalah berburu tanda tangan imam sehabis sholat tarawih. Ah, apakah ada yang pernah merasakannya juga? Pasti kalian tahu betapa serunya saat-saat itu. 

buku panduan Ramadhan | ilustrasi: https://today.line.me
buku panduan Ramadhan | ilustrasi: https://today.line.me
Buku di atas merupakan buku sakral yang biasanya diberikan sekolah saat menjelang Ramadhan, dan akan dikumpulkan kembali setelah lebaran.

Dalam buku itu, berbagai tugas sudah disiapkan dengan detail. Mulai dari jadwal puasa, tadarus, sholat, hingga kolom untuk menulis ceramah dan tanda-tangan penceramah, yang terkadang juga bertugas sebagai imam. Kolom inilah yang membuat buku ini menjadi salah satu barang yang harus dibawa ketika berangkat tarawih.

Saya dan teman-teman biasanya berbagi tugas untuk menulis ceramah. Jujur saja, mendengarkan ceramah bagi anak kecil bukan hal yang mudah. Kita dipaksa harus fokus sekaligus mencerna dan menulis dengan cepat, sedangkan ceramah tetap terus berlanjut.

Merangkai kata demi kata sehingga menjadi kalimat ceramah yang nyambung, tentu tidak gampang. Tapi entah mengapa saya sangat antusias untuk mengerjakan hal tersebut, walaupun terkadang saya mencontek punya teman, begitu juga dengan mereka, supaya kolom ceramah tersebut terisi full. hehe..

Ketika shalat tarawih selesai, kami tidak langsung pulang, melainkan menunggui imam hingga selesai salam-salaman untuk "berburu" tanda tangan. Inilah kegiatan yang paling dirindukan ketika Ramadhan. 

Ada rasa dag-dig-dug yang luar biasa saat imam mulai membaca hasil tulisan ceramah di kolom tersebut. Saya takut sekali, jika apa yang saya tulis ternyata berbeda dari apa yang dia bicarakan. Berbagai pikiran negatif pun melayang-layang di pikiran, "bagaimana kalau beliau menolak untuk tanda-tangan karena tulisan saya salah", "bagaimana kalau dia suruh saya menulis ulang karena tulisan saya jelek", dan lain sebagainya.

Alhamdulillah-nya prasangka-prasangka itu tidak pernah terwujud. Sang imam biasanya hanya melihat-lihat sebentar sebelum membubuhkan tanda tangan di sebelah kolom ceramah. 

Berbagai kejadian itu terlintas hangat di pikiran saya. Seperti bolu yang baru diangkat dari panggangan, aromanya menyeruak, menebar kemana-mana. Saya seperti baru melakukannya, padahal rentang waktu kejadian itu sudah cukup lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun