Libur panjang telah tiba! Definisi ini tentu saja dikhususkan bagi para pekerja. Momen kamis-jum'at-sabtu libur, bisa jadi adalah momen yang terjadi satu atau dua kali dalam setahun. Inilah momen libur panjang yang biasa dimanfaatkan para pekerja untuk memadati area-area refreshing seperti Puncak, Bandung, maupun tempat wisata lainnya.
Setelah menjadi karyawan magang selama dua minggu, saya pun ikut senang dengan datangnya libur panjang ini. Saya langsung menyiapkan rencana bersama teman saya untuk mengunjungi beberapa objek wisata di Jakarta. Dan pilihan saya kali ini jatuh pada Galeri Nasional dan Museum Nasional.
Selain karena letaknya yang berdekatan, Galeri Nasional dan Monas juga ternyata juga memiliki kesamaan lainnya, yakni sama-sama tidak dipungut biaya. Tempat wisata ini sangat cocok bagi kamu yang membutuhkan hiburan murah sekaligus meriah di akhir pekan.
Galeri Nasional Indonesia
Galeri Nasional. Sumber: Dokpri.
Galeri Nasional Indonesia tak lain adalah kumpulan bangunan putih ala zaman kolonial yang menyimpan ratusan koleksi seni rupa, baik seni rupa dua dimensi, maupun seni rupa tiga dimensi. Objek wisata yang tidak memungut biaya untuk memasukinya ini terletak di jalan Merdeka Timur No. 14, Jakarta Pusat. Tepatnya ada di seberang stasiun Gambir.
Namun karena commuter line tidak berhenti di stasiun Gambir, maka saya dan teman-teman saya memutuskan untuk turun di stasiun Gondangdia dan melanjutkan perjalanan dengan ojek mobil online.
Sebenarnya jarak antara stasiun Gondangdia dan Galeri Nasional tidak terlalu jauh, rasanya baru sekejap saya duduk di mobil dan tiba-tiba saja sudah sampai. Mungkin lain kali saya harus mencoba jalan kaki saja, selain menghemat ongkos, bisa untuk membugarkan badan! hehe...
Galeri Nasional mempunyai beberapa gedung yang dipisahkan melalui tema. Karena masih dalam suasana kemerdekaan, Gedung A atau Gedung utama dari Galeri Nasional berisi pameran seni dari koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia. Gedung A ini berisi lukisan pahlawan, maupun kutipan kemerdekaan dari para pendiri bangsa seperti Ir. Soekarno.
Lukisan Tuanku Imam Bonjol di Galeri Nasional. Sumber: Dokpri.
Beralih ke Gedung D, lukisan di tempat ini tampak lebih bewarna dan artistik. Lukisan di gedung ini rata-rata juga merupakan lukisan yang baru dibuat tahun 2017 dan 2018. Sampai saat ini, Gedung D adalah gedung favorit saya di Galeri Nasional. Salah satu lukisan yang menggelitik hati saya adalah "Akhir Sebuah Permulaan" karya Anang Suryana Musa, 2018.
Akhir Sebuah Permulaan, karya Anang Suryana Musa 2018
Lukisan ini menggambarkan janin dalam sebuah telur yang telah menjadi tengkorak
alias mati sebelum dilahirkan. Entah mengapa saya mendapat kesan dan makna yang mendalam pada ilustrasi digital yang dicetak di kayu teablok
ukuran 100 x 80cm ini.
Selain lukisan, Galeri Nasional juga menyimpang koleksi tiga dimensi salah satunya ialah ilustrasi empat orang yang tengah berbincang di atas kursi, plus camilan di atas meja.
Jari Manis, Nongkrong Kayu, 2018.
Jika kamu lelah berkeliling, kamu bisa bersantai di spot tempat duduk yang nyaman dan
semriwing karena dilengkapi payung yang mampu menahan terik matahari dan kipas-kipas besar yang siap meniup angin-angin surga.
Haha.. Sedikit tips untuk kamu yang ingin berkunjung ke sini, jangan lupa untuk membawa bekal makanan serta minum. Karena walau hanya jalan-jalan berkeliling melihat karya seni, itu cukup untuk membuat perutmu keroncongan. Suasana Galeri Nasional pada hari libur seperti ini juga tidak terlalu ramai. Cocok untuk kamu yang ingin bersantai sejenak dari kerumitan hidup.
Tempat duduk di area Galeri Nasional. Sumber: dokpri.
Kalau masih belum puas, kamu bisa menghabiskan waktu untuk berburu spot foto
instagrammable melalui beberapa dinding luar Galeri Nasional yang telah dimural. Umumnya mural di sini memang disajikan dengan warna yang cerah dan meriah. Cocok untuk menambah semangat kreativitas jiwa-jiwa muda.
Mural dinding di Galeri Nasional. Sumber: dokpri.
Monumen Nasional
Monas saat senja. Sumber: dokumentasi pribadi
Setelah
khatam berkeliling Galeri Nasional, waktunya untuk beralih ke Monumen Nasional
alias Monas. Kamu bisa menyebrang dan berjalan kaki memasuki area stasiun Gambir untuk kemudian sampai ke Monas. Saya sengaja untuk mengunjungi Monas pada sore hari. Karena tentu saja, saya ingin melihat video
mapping Asian Games yang akan ditampilkan di bangunan Monas.
Perkiraan saya tentang Monas yang damai di senja hari, benar-benar salah. Area Monas sore itu sangat dipadati oleh pengunjung. Beranjak malam, bukan tambah sepi, justru tambah semakin ramai. Dan mendekati pemutaran video mapping pada pukul 19.00, Monas sudah seperti area konser. Flash yang berasal dari kamera ponsel yang tengah merekam video menjelma menjadi titik-titik cahaya di tengah gelap.
Flasih di area video mapping Monas. Sumber: dokpri.
Video
mapping yang berdurasi selama 25 menit ini dilaksanakan dua kali yaitu pukul 19.00 dan 20.00 WIB. Bagi kamu yang belum sempat ke melihat video ini, kamu masih punya kesempatan di tanggal 25-26 Agustus, dan 1-2 September 2018. Tapi karena area ini sangat ramai, tolong berhati-hati dengan barang bawaan dan sanak keluarga. Karena saya sempat mendengar beberapa kali panggilan terhadap anak maupun sanak keluarga yang hilang.
Salah satu perubahan Monas dalam video mapping Asian Games. Sumber: dokpri
Selain video
mapping di bangunan Monas, kamu juga dapat melihat air mancur menari yang masih berada di area monas. Air mancur menari adalah air mancur warna warni yang melompat membentuk formasi seakan-akan menari. Namun karena sangat ramai, saya tidak dapat merekam gambar air mancur tersebut secara jelas.
Lihat Travel Story Selengkapnya