Bagi masyarakat kota khususnya Jabodetabek, tentunya sudah tidak asing lagi dengan si panjang nan cepat—Commuter Line. Transportasi yang dikenal murah ini telah menjadi andalan bagi pekerja, mahasiswa, maupun para traveller yang hendak berwisata. Commuter Line disinyalir mempunyai beberapa kelebihan dibanding bus atau mode transportasi lain, di antaranya adalah dihubungkan dengan satu garis perjalanan, jadi kamu tak perlu repot-repot bertanya: habis naik kereta ini harus naik kereta nomor berapa ya? jurusan mana? turun dimana? Kamu hanya perlu duduk sambil memerhatikan peta, turun di stasiun tujuan atau berpindah peron jika memang diperlukan.
Kelebihan lain yang dimiliki Commuter Line adalah bebas pengamen, bebas bau makanan, dan bebas dibohongi soal ongkos. Commuter juga menjamin bajumu bebas dari keringat karena AC atau kipas anginnya berfungsi cukup baik. Jika suasana sedang sepi, duduk di Commuter Line seperti duduk di kereta Shinkansen di negeri sakura—Jepang. Namun jika sedang ramai-ramainya (re: jam berangkat/pulang kerja), kamu mungkin akan teringat kereta api di Bangladesh, dimana kenampakan kereta tertutup oleh penumpangnya.
Selain mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan, Commuters—sebutan bagi pengguna Commuter Line—juga mempunyai kebiasaan yang tergolong unik dan aneh yang bisa membuat kamu merenung, mengiyakan, sekaligus menggelengkan kepala. Apa saja kebiasaan mereka?
1. Tidur
Jika kamu pengguna aktif, atau tergolong sering menggunakan Commuter Line pasti setuju jika saya mengatakan bahwa 90% mereka yang mendapat duduk di kereta mempunyai kebiasaan aneh yaitu TIDUR. Berdasarkan pengamatan saya, mereka yang kedapatan tidur ketika mendapat duduk dikarenakan dua alasan. Alasan pertama adalah mengantuk—suatu keadaan yang dapat menyerang siapapun ketika suasana amat nyaman, damai, dan dingin.
Namun alasan kedua yang saya temukan adalah mereka yang tidur dikarenakan tidak ingin tempat duduk mereka direbut. Sudah menjadi etika umum bahwa yang muda harus mengalah dengan yang tua.Maka dari itu, tidur dirasa menjadi salah satu senjata yang efektif untuk menghindarinya. Dengan keadaan menutup mata, seseorang tak akan tahu bahwa ada kakek tua ataupun ibu hamil yang sedang melirik kesana kemari untuk mencari tempat duduk. Tetapi tentu saja ini bukan tindakan yang benar ya Kompasianer, karena akan ada saatnya kita berada di posisi mereka.
2. Sibuk dengan Handphone
Handphone telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat modern. Maka dimanapun mereka berada—entah di kereta, bus, tempat makan, tempat kerja ataupun kamar mandi—benda mungil nan pintar itu menjadi sesuatu yang tak pernah ditinggalkan. Aktivitas yang mereka lakukan dengan handphone di antaranya adalah chatting (whatsapp, bbm messenger, atau sms) sebesar 30%, mengecek media sosial (instagram, line, dan facebook) 25%, bermain games 20%, membaca berita (line today, detik.com, kompas.id, dll) 15%, menonton film atau video streaming sebesar 5%, lain-lain 5%. Lho kok saya bisa tahu sebegitu detailnya? Ini berhubungan dengan kebiasaan unik ke tiga yaitu…
3. Sibuk Memperhatikan Handphone Orang Lain
Kebiasaan unik sekaligus aneh ini ini biasanya dilakukan para Commuters yang tidak mempunyai kesibukan apa-apa. Kebiasaan ini juga hanya akan berjalan jika ditemukan dua syarat: si empunya tidak menyadari dan keadaan tergolong mungkin.
Entah mengapa sibuk memperhatikan handphone orang lain menjadi aktivitas yang cukup menarik di Commuter Line. Walau saya yakin mereka yang sering melakukan hal itu tidak mempunyai maksud selain keisengan semata, tetapi tetap tidak etis untuk mengintip privasi orang lain tanpa seizin sang empunya.
Lho kamu sendiri? Saya memegang satu prinsip kalau terkait soal ini: lihat sekelebat boleh, tapi kalau keterusan, duhh… jangan sampai!
4. Satu Hal yang Dibenci: Kereta Jarak Jauh
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pikiran para pengguna Commuter Line tersetting untuk cepat sampai tujuan, maka satu hal yang paling dibenci adalah ketika mikrofon berbunyi: “saat ini kereta anda tertahan di perlintasan stasiun xxxx, menunggu disusul kereta jarak jauh.”
Bersyukurlah kamu yang jalurnya tidak dilewati perlintasan kereta jarak jauh alias kereta jawa. Dan bersabarlah wahai kalian sang penumpang kereta jurusan manggarai – jatinegara – cakung – bekasi, yang seringkali dinomorduakan di jalur perlintasan. Hiks.
Berdasarkan pengalaman, saya pernah berhenti cukup lama di stasiun Cakung untuk menunggu tiga kereta jarak jauh yang akan lewat. Terlebih saat itu kereta sedang dalam keadaan cukup ramai dan berdesakan. Keadaan itu lebih dari cukup bagi pengguna Commuter Line untuk marah-marah dan mengutuk keterlambatan mereka. Maka besar keinginan kami—para commuters—supaya pemerintah membangun jalur terpisah untuk kereta jarak jauh. Karena menjadi yang nomor dua itu tidak enak, bung!
5. Membaca Buku
Nah kalau kebiasaan yang satu ini sengaja saya tempatkan di urutan terbawah karena mempunyai presentase terkecil. Kebiasaan langka ini umumnya saya temukan di Commuter Line tujuan Pasar Minggu – Depok – Bogor, karena di kereta itulah mahasiswa-mahasiswa Universitas Indonesia, Universitas Pancasila, Universitas Veteran, dan Politeknik Negeri Jakarta berada.
Presentase dari kebiasaan ini umumnya akan meningkat di pekan ujian a.k.a UTS dan UAS. Karena di pekan paling kritis dalam dunia perkuliahan ini, para mahasiswa termasuk saya tentunya memegang prinsip: time is diamond.Tak akan kami sia-siakan sedikit waktu untuk tidak membaca materi ujian. Hal ini dikarenakan prinsip SKS (sistem kebut semalam) yang belum luput dari benak mahasiswa, sehingga sulit bagi kami untuk melepas materi sebelum kertas ujian itu tiba di depan mata.
Nah, kompasianers, apa kebiasaan unikmu ketika naik Commuter Line termasuk yang saya sebutkan di atas? Kalau tidak, mohon dimaklumi. Karena saya hanyalah pengamat amatir yang memanfaatkan lima indra untuk mengabadikan moment yang tak sempat terukir. Namun, apapun mode transportasinya, yang paling penting adalah bagaimana cara kita merawat, mensyukuri, dan menggunakannya secara tepat, setuju Kompasianer?
Salam Commuters. Salam Kompasiana.
13 Mei 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H