Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Sepasang Mata Abu-abu

3 September 2016   11:03 Diperbarui: 3 September 2016   17:14 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Dari suamimu yang pantas kau benci, Baskara.

Mendadak sebuah kotak merah meluncur dari bingkisan itu. Jantungku berhenti lagi. Mungkinkah ini adalah hadiah yang disebutkan Ayah dalam surat? Dengan sangat perlahan aku membukanya. Waktu tiba-tiba terasa berjalan begitu lambat. Detik jam seperti tak berpindah tempat. Dan ketika kotak merah itu akhirnya terbuka. Aku yakin waktu akhirnya berhenti saat itu juga.

Liontin emas. Amat berkilau, seakan di setiap milinya terdapat senter kecil yang memancarkan cahaya. Tepat di tengahnya, terpahat ukiran sebuah nama, sama juga berkilaunya—Ranum Ramaya.

Aku membatu. Sampai-sampai buku jemariku pun menjadi kaku. Tiba-tiba aku jadi ingin sekali menemui Ibu. Sekedar ingin memeluknya dan berterima kasih atas kado ulang tahun teristimewa yang telah diberikannya. 

 

2 September2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun