(Alm) Pramoedya Ananta Toer, Murti Bunanta dan Eka Kurniawan adalah tiga penulis kebanggaan Indonesia yang terkenal di Swedia. Publik Swedia, khususnya kalangan pemerhati dan pecinta karya sastra Indonesia. Bahkan, karya (alm) Pramoedya Ananta Toer dan Eka Kurniawan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Swedia dan dipasarkan di Swedia. Koleksi novel kedua penulis itu pun dapat dijumpai di Perpustakaan Nasional Swedia dan Kota Stockholm.Â
Sementara itu, Murti Bunanta, pendiri Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) Indonesia berulang kali menjadi finalis Astrid Lindgren Memorial Award (ALMA), sebuah ajang penghargaan bergengsi untuk para profesional yang berkutat di pengembangan dan pelestarian minat baca dan buku anak-anak di seluruh dunia.Â
Lalu, mengapa ketiga pengarang tersebut dapat dikenal baik oleh publik Swedia?Â
(Alm) Pramoedya Ananta Toer
Koleksi novel karya (alm) Pramoedya Ananta Toer sering direkomendasikan jika ingin melihat 'wajah' Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, era Proklamasi Kemerdekaan, masa orde lama kepemimpinan Soekarno (Presiden Republik Indonesia pertama) dan era kepemimpinan Soeharto (Orde Baru). Karya sastra pria yang akrab dipanggil Mas Pram ini kental dengan nuansa pergerakan dan perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda dan Jepang serta kehidupan masyarakat Indonesia usai Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.Â
Para pembaca novel karya Mas Pram ini setidaknya dapat belajar sejarah Indonesia, terutama dari seri Tetralogi (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca) yang fenomenal yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing, termasuk Swedia. Seri Tetralogi edisi bahasa Swedia yang diterbitkan oleh perusahaan Leopard ini dapat ditemui di Perpustakaan Kota Stockholm dan Nasional Swedia.Â
Lahir: 6 Februari 1925 di Blora - Jawa Tengah. Wafat: 30 April 2006.
Murti Bunanta