Mohon tunggu...
Tutut Hardianti
Tutut Hardianti Mohon Tunggu... -

nama saya Tutut hardianti. . saya seorang mahasiswi semester satu di Universitas Sebelas Maret SUrakarta Kampus VI Kebumen.. dan saya berasal dari kota Kebumen. .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Otak dalam Pembelajaran

9 Oktober 2011   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:10 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Keadaan alam, dan sosial saat ini berbeda jauh dengan keadaan alam dan sosial bebera tahun yang lalu. Dulu udara masih bersih sekarang dipenuhi polusi terutama dikota- kota besar. dulu yang belum bisa berbincang jarak jauh sekarang bisa berbicara atau ngobrol jarak jauh antar pulau bahkan berbeda negara. Ditambah lagi sekarang dengan adanya internet kita bisa mengakses banyak informasi dengan cepat dan mudah. Sejalan perkembangan zaman saat ini, ilmu dan tekhnologipun berkembang dengan sangat pesat. Untuk itu kita harus bisa menyesuaikan diri dalam keadaan ini. Dalam aspek pendidikan juga harus bisa menyesuaikan dengan adanya perkembangan zaman yang pesat ini, termasuk dalam pembelajaran, kita tidak bisa berpikir seperti dulu lagi,kita harus bisa berpikir lebih maju, kritis, kreatif jika kita ingin maju. Untuk itu diperlukan adanya suatu inovasi dalam pembelajaran, agar dapat menyesuaikan dengan keadaan saat ini.

Jika kita mendengar pendidikan biasanya dipikiran kita juga muncul pembelajaran, karena pendidikan memang tak jauh dengan pembelajaran.Pembelajaran berbasis kemampuan otak adalah sebuah cara berpikir tentang proses pembelajaran. ia merupakan rangkaian prinsip serta sebuah dasar pengetahuan dan keterampilan yang dengannya kita dapat membuat keputusan-keputusan yang lebih baik tentang proses pembelajaran.Pada saat pembelajaran, otak bertindak sebagai pos perjalanan stimuli yang datang. Semua input sensori disortir, diperioritaskan, diproses, disimpan atau dibuang ke dalam ruang bawah sadar yang kemudian diproses oleh otak.Jika otak merasakan sesuatu yang cukup penting untuk ditempatkan dalam memori jangka panjang, maka potensi memoripun terjadi.

Dalam pembelajaran di kelas, walaupun diajar oleh guru yang sama, namun pada akhirnya hasil belajar peserta didik berbeda hal ini disebabkan kemampuan peserta didik yang berbeda pula atau yang sering juga disebut dengan IQ dan EQ. Yang berpengaruh dalam perbedaan IQ dan EQ anak ialah gen atau keturunan yang jenius dan lingkungan. Jadi, apakah anak dengan gen yang biasa bisa jenius? atau anak dengan genjenius bisa menjadi anak biasa atau tidak jenius? semua itu mungkin saja terjadi tergantung lingkungan yang membentuknya. Otak kita terdiri dari belahan otak kiri, tengah dan kanan. Otak kiri kita berisi logika dan matematis sedangkan otak kanan bierisi daya kreatifitas.

Dalam pembelajaran, proses berpikir, menggunakan logika serta hafalan dan penggunaan rumus- rumus dilakukan oleh otak kiri, jika tidak diimbangi dengan kemampuan kreatifitas dari otak kanan maka dalam belajar tentu akan menemui kebosanan dan kelelahan, sehingga perlu adanya keseimbangan antara keduanya. Di dalam pembelajaran, seorang guruperlu menggunakan strategi pembelajaran yang terkait dengan emosional, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif. Kita mencoba mengembangkan kemampuan otak kiri peserta didik dengan ilmu, rumus dan hafalan, dan kita pun harus mencoba mengembangkan kemampuan otak kanan dengan daya kreatifitas anak yang kiranya menyenangkan bila diterapkan dalam pembelajaran.

Mempersiapkan pembelajaran itu penting misalnya dengan mempersiapkan siakp peserta didik dan meningkatkan pembelajaran dengan ilmupengetahuan sebelumnya. Pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan usia dan kemampuan peserta didik. Anak SD misalnya, ia masih dalam masa- masa perkembangan menuju remaja atau dewasa. Jadi, seorang guru juga harus memperhatikan perkembangan peserta didiknya salah satunya dengan menganggap anak sebagai individu, yakni dengan menghargai niat, usaha dan kesungguhan anak, tidak mencaci atau merendahkan anak karena kegagalannya, serta mendengarkan dan menghargai pendapat anak. Mengingat anak adalah pribadi yang unik yang berbeda dengan orang dewasa. Secara fisik jelas terlihat dan bisa dibedakan dengan jelas, cara berpikir anak yang masih konkret sedang orang dewasa yang sudah bisa berpikir abstrak dan logis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun