S Aji, no : 21
---
[Kehidupan di kampung ini terus saja makin sepi. Banyak penduduk lelaki usia muda yang memilih pergi bekerja di perkebunan sawit walau hanya sebagai buruh kontrak yang tak jarang gajinya telat dibayar. Sementara yang perempuan sebagian besarnya pergi ke kota untuk menjadi karyawati toko demi pendapatan yang bahkan untuk membeli perlengkapan pribadi di pasar tradisional pun tak cukup. Orang tua dan sanak kerabat pun ikut berduyun-duyun pindah ke kota walau hidup harus berbagi kesulitan. Bagi merka, pilihan ini jauh lebih baik dari pada sendiri menghadapi kesulitan. Walhasil, kampung ini seolah mati segan hidup tak mau. Yang terjadi kemudian adalah potret sebuah kampung kecil yang semula ditinggali 200 Kepala Keluarga yang kini sebagian besar rumah warganya terus melompong kosong. Keluarga terakhir yang tertinggal adalah mereka yang menjadi bagian dari pemerintahan desa]
***
“Hei, kau jangan bikin rumah di situ. Itu sudah lokasi yang dipilih Bernard. Carilah lokasi yang baru. Jangan bergabung disini!,” kataku kepada Matthew yang baru saja datang. “Kau tahu si Bernard kan? Ia sepertinya tidak suka ada yang membangun sarang dekat tempatnya.” Kataku mengingatkan.
Mattew akhirnya menyerah dan pergi menyusuri titian kayu mencari lokasi yang lain. “Pergilah ke ujung desa ini, ada beberapa rumah yang bisa kau singgahi. Siapa tahu ada yang masih menerimamu.” kataku lagi mengiringi pergi langkah Mattew.
Aku lalu kembali sibuk meniti serat protein. Menjahitnya menjadi untaian yang saling terhubung di pojok atap kamar mandi yang bau itu. Pekerjaan ini harus segera aku bereskan sebelum malam tiba. Terlebih mengingat ini musim penghujan, biasanya nyamuk-nyamuk itu akan tersesat dan terperangkap pada “tenunan benang” kematian yang sedang aku susun. Aku berharap bisa menangkap beberapa ekor sebagai makan malam agar tidurku bisa lebih nyenyak.
“Hai Jhon, gimana kabar sarangmu hari ini?,” sapa Bernard yang baru saja datang tak lama sesudah Mattew menghilang dari pandangan.
“Hai Bernard, sedang aku siapkan. Bagaimana dengan sarangmu? Sudahkah selesai kau kerjakan?,” tanyaku.
“Ah, sebentar lagi sudah selesai. Aku harus membuat tenunan yang agak besar. Sepertinya banyak nyamuk yang akan mampir ke sini. Oh ya Jhon, aku bersua Mattew di depan jalan, sepertinya ia membawa gundah. Apa yang dia dilakukan disini ?,”bertanya Bernard sambil melihatku yang sibuk menarik untaian serat membentuk tenunan benang itu.
“Oh Mattew? Dia hanya mencari lokasi untuk sarangnya saja. Sepertinya ia memiliki firasat yang sama jika malam ini akan banyak nyamuk mampir ke sini. Tapi aku bilang jangan membuat sarang di lokasimu, itu akan jadi masalah. Makanya aku menyuruhnya pergi ke ujung desa, disana banyak rumah kosong juga buka?.” jawabku.