[caption id="attachment_408740" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompas.com"][/caption]
Pagi tadi, saya berjalan lambat ke tepi sungai. Hendak membasuh muka dari jejak malam. Ada gerah yang terus ikut sejak sore kemarin. Dan semoga saja tersapu oleh air sungai.
Sekitar 5 kali membasuhkan air sungai dengan dua telapak tangan ke wajah sambil berjongkok, saya berdiri, menarik udara pagi dan menatap langit. Segar. Lalu saya melihat ke sekitar, ternyata saya berdiri di seberang jamban.
Huuft!. Jangan-jangan "ada potongan kecil mengapung" yang tidak saya sadari dan ikut pada air basuhan tadi.
Terdiam beberapa saat, saya terus kembali ke jalan utama desa. Lupakan jamban, ada orang tua yang harus saya temui pagi ini. Hingga siang hari, saya terfikir untuk mencari tahu bagaimana jamban atau toilet dalam pengertian yang modern menuliskan dirinya dalam sejarah peradaban manusia.
Dalam pencaharian yang sangat terbatas itu, dimana hanya mengandalkan mesin pencari Google, saya menemukan satu penjelasan yang cukup menarik tentang jamban atau toilet secara umum : fasilitas yang digunakan manusia untuk membuang, maaf, kotorannya.
Penemuan toilet ternyata memiliki periodisasi sejarah. Periodisasi yang bisa jadi merupakan tahap-tahap dari penemuan tentang toilet. Paling kurang proses penemuan toilet tersebut dalam dua fase utama, Kuno dan Modern.
Keterangan yang cukup informatif tentang sejarah toilet dalam kaitannya dengan peradaban manusia bisa dibaca pada situs http://queen-laby-laby.blogspot.com/. Pada situs ini, ada keterangan yang cukup menarik :
Penggalian reruntuhan di Lembah Sungai Indus di India menunjukkan sisa-sisa bangunan kota Mohenjo Darro dan Harappa. Kota Mohenjo Darrosekitar tahun 2800 SM memiliki beberapa bangunan toilet yang paling maju, yang dibangun di dinding luar rumah. Toilet yang digunakan pada saat itu terbuat dari batu bata dengan kursi kayu di atas tumpukan batu bata yang disambungkan dengan saluran air. Tetapi toilet jenis itu hanya digunakan oleh golongan kelas kaya, sedangkan kebanyakan orang menggunakan toilet jongkok. Akan tetapi,Orang-orang dari Peradaban Harappa, pada umumnya telah menggunakan toilet yang disiram dengan air di setiap rumah yang dihubungkan dengan saluranpembuangan dari batu bata tanah liat yang dibakar.
Pada fase penemuan toilet di zaman modern, diceritakan satu kisah penting seperti berikut ini :
Sir John Harington dikenal sebagai Bapak WC ( Water Closet ), ia adalah yang menemukan toilet siram atau flushing toilet yang diberinama Ajax tahun 1596. Akan tetapi penemuannya ini hanya berjumlah dua buah, satu dimiliki oleh Harington dan satu lagi diciptakan untuk Ratu Elizabeth I yang tertarik dengan hasil ciptaannya. Ajax berasal dari kata “a jakes”, istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan sebuah kakus. Penemuan Harington ini masih menggunakan bejana untuk menampung tinja, sehingga bau tak sedap masih jadi masalah. Meskipun demikian, kloset Harington merupakan kloset bilas modern pertama di dunia yang mengawali perkembangan teknologi toilet modern. [sumber link .]
Jadi, untuk sementara berdasarkan sumber/keterangan sejarah yang sangat terbatas, bisa dipadatkan lagi jika saja sejarah penemuan toilet adalah sejarah penemuan manusia itu sendiri. Maksudnya adalah, penemuan toilet sebagai teknologi untuk membuang kotoran manusia adalah bagian dari 'memperhalus psikologi manusia' (: rasa malu dan jijik) dan tingkat perkembangan kesadarannya (: sistem pembuangan limbah dan sanitasi).