Dalam komik Asterix, yang bersetting masyarakat Perancis, ada seorang warga yang merasa dirinya biduan. Karena citra diri seperti ini dia sering mengalami overdosis percaya diri dalam menyanyi dengan lantang sekali sambil memainkan harpa. Tak pernah ia sadari jika nyanyinya telah merusak kenyamanan manusia lain. Nama tokohnya Assurancetourix, karena kelakuannya itu kadang-kadang ia harus disumpal mulutnya atau digantung di pohon agar tidak merusak pesta penduduk desa Galia.
Tokoh sejenis Assurancetourix juga muncul dalam film Perancis berjudul La Pacte des loups (Persaudaraan Serigala) yang dibintangi salah satu aktris Italia favorit saya, Monica Belluci. Sosok itu adalah pujangga yang sering memaksa telinga orang lain mendengarkan suaranya yang cempreng kala membaca puisi yang biasa-biasa saja. Tokoh ini namanya Maxime Des Foreŝt.
Merasa diri sebagai yang terbaik membuat Assurancetorix dan Maxime Des Foreŝt hidup dalam keyakinan mereka sendiri. Tak pernah menyadari jika mereka telah menjadi pengganggu atau lelucon orang banyak. Apa yang dimaknai mereka sebagai ekspresi karya terbaik justru menjadi gangguan yang bising atau lelucon yang tidak pada tempatnya.
Kali ini ada satu cerita seorang pujangga yang mewakili persilangan dua karakter manusia di atas. Seperti Maxime, dia juga memiliki kepercayaan diri yang berlebih dalam membaca puisi. Sedangkan persamaannya dengan Assurancetourix adalah ia menjadi sasaran dari kemarahan telinga-telinga yang terganggu.
Seperti apa kisah pujangga yang mewakili dua karakter fiksi di atas. Mari kita simak bersama.
Pada sebuah panggung peringatan 17 Agustus, aparat RT membuat lomba baca puisi. Puisi yang dibaca haruslah karya sendiri dan menginspirasi kehidupan. Jadi mendaftarlah si tokoh kita ini sesudah mendapat giliran tampil.
[Pook...pook..pook..tepuk tangan mengiringi langkah si tokoh]
(Eheem..eheem..batuk pelan si tokoh..menyetel kecocokan suara dan mic serta tentu saja menebar wibawa dengan membuat suara berat yang ditahan pada rongga kerongkongan, yang terdengar suara tikus kejepit..hiik.hiiik. Kasihan, si tokoh kita ini berpikir dia Soekarno)
“Selamat malam hadirin semua..Merdekaaaa!! (Senyap, tak ada tanggapan hadirin)
“Saya akan membacakan puisi berjudul Bungga Tumbuh di Karang, karya sendiri.”
Makin senyap.