Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pesan Sarung

24 Oktober 2016   20:23 Diperbarui: 24 Oktober 2016   20:35 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sekali waktu, aku mengunjungi museum sarung di hari Minggu.

Dirayu yang Ungu, ia sabdakan abadi RINDU.
"Bawa aku ke lelah ingatan, maka hiduplah dengan kenangan yang patut."

Disapa Biru, ia yakinkan teduh KESETIAAN.
"Ajak aku ke surut semangat, dan hiduplah dengan pengabdian yang tangguh."

Ditegur yang Putih, ia fatwakan hakikat KESUCIAN.
"Pintalah aku ke kabur niat, maka berkaryalah dengan tulus tanpa mengadu."

Diceramahi yang Merah, ia pastikan mulia KEBERANIAN.
"Bujuklah aku ke patah nyali, maka berkorbanlah dalam benar tanpa membakar."

Aku berlalu. Dari hatiku, sejuta kutuk mengetuk.

“Hai Rindu, aku tak mencari kenangan. Dan kau Setia, mengabdi tak membantuku mewah.
Kau Suci? Hahaha, telah muak aku dikhianati. Juga kau Nyali, tak tahu kau nikmat ketawa-ketiwi setiap hari.”

Di depan lengang suram museum
sarung Hitam menertawakanku.

Hahaha, jiwa malang, kau sungguh tak pantas menemui damai KEMATIAN!”

2016
***

*) Selamat Hari Santri Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun