Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembunuhan Politik

29 September 2016   07:54 Diperbarui: 29 September 2016   09:18 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan masih menenteng malas, ia melangkahkan kaki ke warung internet yang terletak di persimpangan lampu merah, yang di depannya  berdiri mini market impor.

“Tolong Mas, bir hitam dan Marlboro. Yang putih,” pintanya.

Ia mahasiswi tingkat menengah. Wajah pucat berambut lusuh, tanda dari tidur yang enggan dan papar asap rokok yang tegar. Juga malam-malam resah, tentu saja. Bersama hati yang terus patah.

“Gak salah Mba?” tanya lelaki berseragam di balik meja kasir.

“Kenapa? Apa salahnya menegak bir pagi hari? Kau tahu, bir lebih mampu menguapkan kembung khayalan malam!”

Ia kemudian menyebrang, masuk ke warung internet. Duduk pada bilik di pojok, tersembunyi.

Sebuah layar monitor menyala. Seolah telah menunggunya tiba. Di layar itu, sebuah akun facebook juga terbiar menganga, menggoda jemari menulisi dindingnya. Ada banyak foto, kegiatan meriah dengan senyum gila kuasa.

Di tariknya papan keyboard, jemarinya menari lekas-lekas:

Negara terus hidup dengan ambisi. Politisi hanyalah maling-maling terpilih. Dan mahasiswi, usia muda yang dicecoki mimpi sepatu hak tinggi, tas dari Paris, parfum dari Italia. Taaaeek!

Kirim. Sebaris cacimaki telah menandai kolom apa yang Anda pikirkan.

Diteguknya bir hingga amblas, dikepulnya asap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun