Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelah Nini yang Kembali

15 Maret 2016   23:22 Diperbarui: 16 Maret 2016   00:15 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Jangan bertindak melampaui kemampuan diri hanya karena meyakini itu wujud cinta yang spontan, selalu bergairah dan nekad berkorban.” katamu suatu ketika. Kala itu aku mengajukan keinginan untuk membelikanmu sepeda motor Suzuki A100.

“Agar kau tak perlu terlalu jalan kaki berkeliling membawa bakul gado-gadomu.”

“Tidak begitu menunjukkan cinta Na. Kita bukan tumbuh dan mengikat janji dalam manja. Cinta kita terlahir dalam hidup yang selalu lelah. Atau, kau sudah tak lagi bergairah karena jejak varises melukis guratnya di betisku?” protesmu genit. Sungguh keras hati yang merawat jatuh cintaku setiap hari.

“Hehehe. Aku hanya tidak bisa melihat kamu kecapean dan sering mengigau.Sudah sebulan selalu begitu.”

“Aku masih kuat. Kalau pun mengingau, itu artinya aku bahagia menjadi belahan perjuanganmu. Jangan lupa, aku memilihmu karena memperjuangkan kebahagiaan kuli bangunan yang mengharamkan mengeluh. Dan, kau hanya menghancurkan keluh kesah kepadaku.”

Tak ada lagi tambahan penjelasan. Hanya kecupan di kening. Kecupan yang membuat risauku seolah mundur puluhan tahun, serasa bocah yang terdiam tenang dalam peluk ibunya. Nini, kau memang selalu lebih kuat menikmati kerasnya hidup sebagai istri dari kuli bangunan.

Tapi rasa-rasanya, sebulan ini, kecupanmu kini seperti isyarat yang membuat kerisauanku sembunyi sejenak dan kemudian memaksa berjaga tengah malam ketika kau mengingau dalam tidur. Sudah sebulan ini, terus saja begitu setiap tengah malam.

Apakah kau sudah tak kuat lagi memikul bakul, Ni?

***

“Nan, mau ikut gak?”

“Emang berapa upah hariannya?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun