[caption caption="hujan gerimis/ sumber: hujanmendung.blogspot.co.id"][/caption]Minggu ketiga: terinspirasi lagu
Di sebuah becak, langit gerimis, sepasang muda-mudi bermohon di jalan kota yang masih tertatih memulihkan lukanya. Luka ruang hidup yang terpantul pada jalanan berlubang. Lubang luka yang membekas pada jiwa warganya.
“Bang, tolong ke jalan HM. Arsjad.” Pinta bergegas padaku, jiwa senja yang terkantuk duduk menghitung sepi. Pemuda. Nafasnya tersengal.
“Bang, tolong ke jalan HM Arsjad ya.” pinta mohon, juga sama bergegas. Aku menoleh padanya, pemudi, sama tersengalnya. Kutatap wajah keduanya, siapa yang seharusnya gunakan jasa kayuhan betisku?
Sepasang muda mudi sebentar saja saling pandang. Tak ada bicara panjang, masuk, duduk dan diam. Lengan mereka saling dilipat di depan dada seolah memberi batas wilayah duduk yang tiada boleh dilewati. Jangan berani melanggar.
Gerimis telah membuka ruang di hati mereka untuk saling berbagi duduk ke tujuan, batinku.
Kayuhku makin bersemangat, seharusnya begitulah menjadi warga kota, bersedia berbagi ruang. Lihat kota ini, remuk dalam larut pertikaian karena ketamakan menguasai ruang. Didiklah jiwamu pada sejarah kotamu sendiri, anak muda.
“Kamu brengsek, playboy tai kucing!”
“Dengar dulu penjelasanku Ga, please.”
“Gak, kamu sampah, pembohong.”
“Kamu terlalu menuruti cemburu, Ga.”
Oalaah. Sepasang kekasih yang sedang menyembuhkan luka cemburu di hati mereka. Ah, kayuhanku mendadak lebih lambat dari rintik hujan. Basuhlah duka dalam sedia mendengar, Nak.
Terinspirasi oleh lagu Gerimis, Kla Project. Bisa ditonton di sini.
Karya ini diikutsertakan dalam rangka memperingati HUT Perdana RTC