Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Di Sebuah Rak Buku Fiksi

14 Januari 2017   00:04 Diperbarui: 14 Januari 2017   12:29 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: We Heart It

19.00. 

Dua perempuan muda, masing-masing dengan kacamata berlensa tebal dan tas panggul yang di kantung kanannya disematkan botol minuman. Melangkah dengan bergegas dari depan, melintasi rak-rak berjejer dengan tempelan kertas kecil di bagian atas: Social, History, Biography, Recommended, New Arrival dan langsung menuju pada rak besar yang sekaligus merupakan dinding paling belakang dari gedung toko buku itu. Rak besar dengan tempelan kata Fiction dengan cahaya lampu kekuningan, cahaya yang ketika menerpa deretan buku-buku dalam bungkus plastik bening boleh menciptakan suasana nyaman. 

Keduanya terus jongkok di depan tumpukan buku karangan Conan Doyle yang entah edisi keberapa yang diterbitkan. 

"Kamu udah beresin yang ini?"

"Udah. Dua hari. Aku membacanya sampai jam 2 subuh," sembari mengambil buku lain yang berkisah detektif dari Scotland Yard yang masih terbungkus plastik bening. "Yang ini juga sudah kubeli tapi belum baca."

Temannya hanya tersenyum, lantas bilang "Semoga Guy Richtie melanjutkan sekuelnya ya."

Mereka penikmat karya yang merawat ketegangan, rasa penasaran dan kekuatan logika di depan segala misteri yang menutupi kejahatan. Mereka mungkin mahasiswa filsafat atau hukum. Pemuja Sherlock Holmes tipe lahir batin. 

 20.00

Dia datang sendiri. Tingginya mungkin mencapai 170 cm, rambutnya panjang, hitam dan dibiar tergerai menutupi lehernya yang jenjang selaras dengan roknya yang panjang hingga ke mata kaki. Langkahnya pelan dan mantap, bibirnya berwarna merah. Wajahnya menyimpan jejak jerawat yang tidak benar-benar bersih. Jejak yang membuatnya terlihat sering memendam rasa rindu atau kesepian, kata orang tua dulu. Di depan rak Fiction, pada bagian paling atas, ia membalik sebuah buku dan perlahan terdiam dalam paragraf di halaman belakang. 

Tidak terlalu jelas buku apa yang dibacanya. Sepertinya bukan jenis buku yang digolongkan sastra dunia, semisal karya Chekhov, Zola, Hemingway, atau Orwell sebab raknya terpisah. Sesudah selesai satu halaman belakang, jemarinya berpindah pada halaman buku yang lain di rak yang sama. Buku dengan penulis yang belum memiliki nama. 

Sosok yang bisa jadi introvert dan membunuh waktu dengan novel: kisah yang melarikan perasaannya. Ia tidak membaca buku untuk melihat bagaimana logika bekerja di depan misteri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun