Aku hendak berbagi denganmu. Berbagi cerita tentang kebahagiaan yang ironis. Atau kau boleh bilang absurd.
Pada malam yang merangkak pelan, ada seorang juru tulis muda yang tiba-tiba pulang ke rumah orang tuanya sambil berseri-seri. Di dalam kantung mantelnya yang lusuh dan bau, ia menyimpan koran yang sudah lecek. Sesekali tercium sisa alkohol dari mulutnya. Tapi ia tidak mabuk.
Gerangan apa yang membuatnya seperti itu?
Sehari-hari, sebagai juru tulis, wajahnya seringkali kaku dan lusuh. Seperti tumpukan dokumen surat yang ditulisnya lalu terbiar di sudut dingin ruang hingga diselimuti debu. Bahkan ketika masa terima gaji tiba, ia tetap saja kaku dan lusuh. Gajinya selalu tak cukup untuk membelikan ibunya peralatan menyulam yang baru atau tembakau yang lebih harum untuk ayahnya. Belum lagi untuk adiknya, gaji juru tulis tak pernah bisa membeli sepatu sekolah yang baru dan tangguh. Karena hidup seperti ini, si pemuda tak pernah bisa jatuh cinta.
Tapi kali ini, ia seperti bahagia sekali. Apa pasalnya?
Oh, oh, ternyata ada pada koran itu. Juru tulis muda menyerahkan koran dan meminta ibunya membaca. “Bacalah sampai selesai Bu..ya..di halaman depan, paling bawah sebelah kiri. Dengan suara yang keras ya Bu, agar semua bisa mendengarnya,” katanya. Matanya berbinar, ia memegang tangan ibunya dengan keras. Sesekali diciumnya.
Ibunya tentu bingung. Diperhatikannya halaman koran yang dimaksud anaknya. Ada berita pendek di sana, berita tentang peristiwa harian di kota mereka. Ya Tuhan, ada apa lagi? batin ibunya. Ibunya memilih membaca dengan keras.
“Pada hari Minggu kemarin, kecelakaan kecil terjadi di kota ini. Seorang pemuda yang baru keluar dari kedai minuman beralkohol dilindas dokar yang terburu-buru membawa perempuan muda yang sedang hamil besar. Kereta terbalik, pemuda itu tersungkur pingsan di jalanan yang becek. Perempuan muda hamil besar terpaksa melahirkan di kereta terbalik...
Polisi yang datang ke lokasi kemudian memeriksa perempuan muda itu lalu melarikannya ke rumah sakit. Sedang si pemuda harus disiram air agar siuman dan ditanyai kronologi kejadian yang naas tadi. Dari ceritanya, kemudian diketahui pemuda ini bernama Samsul, bekerja sebagai juru tulis perpustakaan kota...”
“Baca baik-baik Bu, Samsul, juru tulis di perpustakaan kota. Siapa lagi kalau bukan aku, anakmu. Ahaaa...anakmu diberitakan koran Bu..,” sergahnya di tengah jalan. “Tapi bukan itu saja yang penting. Lanjutkan membacanya Bu.”
“Polisi kemudian mempertemukan pemuda dengan perempuan yang baru saja melahirkan, agar tidak terjadi masalah di kemudian hari. Perempuan muda itu bernama Clara, seorang pengusaha yang bukan saja cantik namun juga kaya. Pertemuan mereka ternyata mengharukan, nona Clara justru berterimakasih karena kecelakaan dokar telah memudahkan ia melahirkan. Karena rasa berterimakasih itu juga, ia meminta kepada Samsul untuk menjadi suami. Agar bayi yang baru dilahirkannya memiliki ayah. Sungguh kisah kecelakaan yang berakhir romantis.”