Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Story Collector

Mō zhe shítou guò hé - Deng Xiaoping | Ordinary Stories, Structural Echoes

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mengapa Serial Adolescence Begitu Memikat?

10 April 2025   15:08 Diperbarui: 11 April 2025   04:44 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi serial Netflix Adolescence yang mengangkat tema dampak media sosial bagi remaja.(Kompas.com/Wahyunanda Kusuma)

Sebaliknya, opsi yang dipilih adalah dengan menyoroti lalu lalang petugas yang bekerja sebagai unit layanan yang menegakkan prosedur tersebut.Perlahan-lahan, penonton diperhadapkan dengan bagaimana penegakkan prosedur itu dibentuk dari serangkaian peran dan kewenangan yang mengitari keberadaan tersangka. Termasuk keberadaan keluarga yang gelisah dalam sistem ini.

Apa yang kita bisa lihat?

Sebuah prosedur penanganan tersangka remaja yang manusiawi. Di satu sisi, ada hak-hak seorang remaja tersangka yang dipenuhi, seperti pendampingan keluarga, penunjukan pengacara khusus, pemeriksaan psikologis dan medis, hingga ruang tahanan khusus sementara dan layanan sarapan.

D sisi yang lain, ada serangkaian tahapan proses yang wajib ditegakkan dan beroperasi sebagai alur yang baku, bekerja sebagai  "teknologi kontrol yang mendisiplinkan dan memaksakan kepatuhan mutlak", sebab itu tidak bisa ditolak.

"Pendekatan sinematografi" yang semacam ini sangat menarik. Bagi saya, ia menuntun pikiran penonton untuk mengalami prosedur hukum secara lebih langsung, terasa dekat, seolah-olah sedang ada di sana dan emosional.

Kerumitan Bermakna, Tak Sekadar Drama. Selanjutnya, sesudah drama penangkapan Jamie Miller dan prosedur penangangannya di dalam kantor polisi setingkat sektor, Adolescence mulai mengantar point of view penonton pada serangkaian pemeriksaan saksi-saksi dan pengembangan penyelidikan yang berkembang laksana bola salju, rumit dan menantang.

Salah satu kerumitannya adalah penyelidikan kejahatan seperti ini melibatkan serangkaian pemeriksaan saksi yang berasal dari sekolah dimana Jamie Miller dan korbannya belajar. Dengan mengikuti sudut pandang polisi (lewat kerja dari detektif Luke Bascombe dan sejawatnya), penonton dihantar pada keberadaan dua kultur yang menjadi kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dari kejahatan yang dilakukan remaja laki-laki itu.

Sekolah itu sendiri terlihat seperti sekolah untuk anak-anak dari kalangan menengah atas, selain multi-rasial. Logika tradisional yang mengasumsikan sekolah sebagai bagian dari lembaga sosial yang berfungsi mendidik murid-murid dari berbagai latar itu dengan standar atau sikap moral tertentu dipatahkan dalam Adolesence.

Di balik hiruk pikuk pembelajaran, sekolah Jamie Miller dan korbannya adalah lingkungan tumbuh remaja yang sedang terpapar budaya maskulinitas beracun dan perundungan. Dua negativitas ini, menjalar diam-diam, seperti bom atom. Di saat yang sama, masa pubertas mengondisikan mereka kedalam proses pengidentifikasian diri (self identification) yang keliru.

Para guru terlihat serupa serangkaian robot penegak kurikulum belaka. Fungsi pedagogis mereka serasa menyentuh permukaan, pada lingkup kelas, dan hanya berjibaku dengan aspek yang sifatnya formalistik. Mereka gagal menjangkau ruang batin remaja puber dengan kecenderungan yang mencemaskan. 

Belum lagi, ekspresi-ekspresi dari kecenderungan negatif ini, disalurkan lewat medium sosial media dengan bahasa slang yang cuma dimengerti oleh para remaja, sebagaimana yang nampak menonjol dari generasi postmilenial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun