Sebelum kejadian kemarin (12 Desember 2024), saya pernah mendapat warning yang sama. Sebenarnya, saya sudah tahu bakal dapat notifikasi peringatan.Â
Sebab tema yang ditulis tergolong sensitif sekaligus sedang viral. Judulnya Sunhaji, Utusan Kerukunan Beragama dan Kemarahan Warga Net. Di artikel ini, intensi saya tetap sama.Â
Bahwa relasi kuasa yang asimetris selalu rentan salah kaprah, manipulatif dan menjangkiti siapa saja. Tak terlalu penting itu di tangan politisi, pengusaha, agamawan atau agamawan politisi.
Di sisi yang lain, mengikuti kata Michel Faucoult: setiap dominasi selalu menyaratkan hadirnya resistensi, bersamaan dengan adanya tipe relasi kuasa yang asimetris itu, suara kritis warga net berhamburan di momen-momen tertentu.Â
Bahwa kritisisme ini akan meluas menjadi gerakan Cancel Culture, itu perkara yang lain lagi.Â
Jadi, terlepas dari kegaduhan Sunhaji dan Gus Miftah, saya sengaja menulis dengan standing position menunjukan jika negara juga ada dan bekerja aktif di dalam pengawetan relasi kuasa asimetris tersebut. Negara adalah salah satu sumber masalahnya.Â
Maka, ketika artikel seperti ini diperingati kualifikasinya oleh mesin yang dipasang Kompasiana, saya justru berterima kasih sekali. Walau masih saja kaget melihat tiba-tiba ada warna merah di notifikasi.Â
6 hari kemudian, saya menulis untuk Juventus yang sukses melumat Man City. Sebagai fans Juventus sejak masih SMP, kemenangan ini tidak boleh dilewatkan sebagai tayangan ulang belaka.
Dari sini, saya menulis kemenangan itu sebagai kemenangan sepak bola terhadap sepak bola.Â
Tak ada relasi kuasa di sana, apalagi menghina seorang presiden yang hobby berkuda ketimbang sepak bola. Tiba-tiba, sesudah diunggah, muncul lagi lampu merah notifikasi.Â