Sementara di level Liga Champions, Yildiz, dkk sebenarnya tampil mengesankan mengingat ini adalah musim perdana Thiago Motta membawa tim bermain di kasta tertinggi Eropa. Juventus juga baru sekali kalah, walau capaian ini paling jelek dibanding tiga tim Serie A: Milan, Atalanta dan Inter Milan secara peringkat.
Dua Ciri yang Berjibaku
Subuh barusan, Thiago Motta memberi bukti jika dia mengerti bagaimana menetralisir cara kerja dari game plan Pep Guardiola.Â
Sejak awal, dia memasang Conceicao dan Yildiz di sayap, menemani Vlahovic. Dua jangkar yang makin padu, Thuram dan Locatelli juga bermain sejak awal, tidak seperti saat menghadapi Bologna yang hampir saja berakhir kekalahan. Yang sama pentingnya, ia memasang Danilo di bek kiri, melengkapi formasi 4 bek beserta Kalulu, Gatti dan Savona.
Motta paham seutuhnya bahwa sekalipun ia bermazhab sepak bola dengan penguasan bola mayoritas, menghadapi Man City hanya akan membuatnya subordinat. Maka, yang semestinya dimainkan adalah jenis sepak bola yang super disiplin, efektif, dan klinis.Â
Penting pula memastikan bahwa kesalahan kecil yang menjadi undangan bagi malapetaka jangan pernah terjadi.Â
Sedangkan Man City tetap bertandang dengan cara mereka, dengan identitas yang khas: penguasaan bola, operan pendek yang dinamis, manuver dari dua flank, dan eksplosifitas Haaland.
Man City bertahun-tahun dengan Pep adalah gaya yang selalu mengepung dan membongkar. Mereka akan terus bergerak mengeksploitasi celah hingga menciptakan kehancuran lawan-lawannya.Â
Boleh dikata, menghadapi Pep Guardiola, Thiago Motta akan kembali dengan identitas bertahan Italia sekalipun bertindak sebagai tuan rumah. Sedang Pep Guardiola, tentu saja akan menyerang seperti tim Spanyol.Â
"Kami tahu sebelum pertandingan bahwa kami harus bertahan lebih dalam dari biasanya, tapi kami melakukannya bersama-sama sebagai sebuah tim. Dalam menyerang, kami juga harus bekerja sama, menyerang di waktu yang tepat, dan itulah yang kami lakukan."-Thiago Motta
Juventus Sukses Sempurna, Man City Setia Semenjana