Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senja Tanpa Warga--Catatan untuk Reklamasi Utara Manado

25 Juli 2024   12:05 Diperbarui: 25 Juli 2024   18:07 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di muara Sungai Tondano Singkil Manado | Dok: S Aji

Ada kegelisahan yang mengikuti siklus senja di sebuah pesisir. Pesisir pada teluk yang sempat menjadi saksi pertarungan kuasa kolonial dan migrasi anak-anak suku dari asal-usul yang jauh. 

Anak-anak suku ini membentuk pemukiman, memberi nama pada tempat (toponimi), melakukan peleburan sosial dan akhirnya berkembang sebagai percampuran yang ramai sebagai komunitas nelayan. Takada lagi yang benar-benar tunggal atau orisinil.   

Sedang kolonialisme dari negeri-negeri di atas angin itu sudah lama kembali..

Sejatinya, kegelisahan itu sudah tumbuh, merambat, bahkan berkerabat, sejak bertahun lama. Akhir-akhir ini ia menebal dan seolah-olah sejarah yang berulang dimana masa depan tidak diperuntukan bagi semua golongan sosial. 

Kesan itu bisa ditangkap dalam reportase yang ditulis Kristian Oka Prasetyadi dengan judul Nasib Nelayan dan Reklamasi Pantai Manado, Sama Tidak Jelasnya (Kompas.id, 14/04/2021).

Bagian utara dari teluk akan direklamasi, sebagaimana pesisir sebelah selatan. Sebuah jalan yang disebut Boulevard II sudah dibangun, sekitar 3 kilometer panjangnya. 

Seketika saja, jalan ini mengubah seascape kehidupan sehari-hari nelayan yang jumlahnya ribuan, jumlah dengan kecenderungan regenerasi yang terus merosot (baca Krisis Regenerasi Pasca Reklamasi, Nasib Nelayan Teluk Manado Kini; Mongabay 10/01/2020).

Sejak itu, wilayah tangkapan makin jauh, dari awalnya 2-3 mil laut kini mencapai 8-9 mil laut. Sementara mereka cuma pakai perahu kecil dengan mesin katinting.  

Belum lagi, reklamasi jelas mengancam kelestarian terumbu karang--tak jauh dari Boulevard II ada Bunaken yang sohor. Dalam pada itu, produksi sampah perkotaan juga makin menjadi-jadi.

Di samping itu, dengan ambisi meluaskan daratan demi menampung angka pertumbuhan ekonomi, ia mengabaikan daya dukung ekologis yang dibutuhkan demi meredam banjir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun