Empat timnas yang lolos ke semifinal adalah 4 yang paling terpilih dari yang terpilih.Â
Kita mesti menggunakan frasa ini karena tidak ada lagi yang disebut kejutan atau kambing hitam sesudah masuk semifinal. Semua wakil adalah setara, sama-sama memiliki kapasitas saling memangsa.Â
Argentina sudah memulangkan Belanda berikut kontroversi, drama-dramanya dan ingatan tentang Messi yang mendadak ofensif dan kini insidennya sedang diselidiki FIFA. Portugal dibikin sia-sia oleh Maroko, wakil Afrika yang membawa keluarga mereka ke tribun penonton.Â
Kapten Portugal memilih curiga ke wasit yang senegara dengan Messi (dan menyemburkan aroma konspirasi yang menguntungkan Tim Tango) ketimbang menyadari bahwa yang sekelas Spanyol bisa dibikin mati gaya, apalagi Anda sekalian?Â
Saya tidak memiliki alasan untuk ikut-ikutan mual dengan drama Ronaldo sebelum cabut dari klub yang menjadikannya raja di Eropa, Manchester United. Tapi, Portugal paling keren selamanya adalah milik angkatan Luis Figo, Rui Costa, Fernando Cauto hingga Victor Baia di bawah mistar. Fix No debat!Â
Lalu ada Kroasia, si paling adem ayem ini, mengirim pulang airmata Brasil yang ternyata sesudah dikalahkan Kamerun, masih belum sadar jikalau Neymar-Vinicius-Richarlison bukanlah generasi selevel Romario-Bebeto-Dunga atau Ronaldo-Ronaldinho-Kaka.Â
Sadarilah bahwasanya Kroasia sejak kemunculan Davor Suker, Zvonimir Boban dan Alen Boksic sesungguhnya adalah bahaya laten Balkan yang nyata.Â
Terakhir, nah ini yang paling penting.Â
Si pemilik kompetisi paling ambisius di muka bumi fana, dengan duit yang melimpah, dengan pemain-pemain berharga mahal, dengan persaingan pelatih-pelatih level world class, dengan weekend yang dikuasai oleh siaran langsung dari mereka, dengan deretan WAGS alias Wives and Girlfriends of High-profile sportsmen yang wuih, wuih itu. Dan dengan semua fafifu wasweswos-nya: si paling tajir melintir,  INGGRIS.
Anak asuh Gareth Southgate ini kalah dari Perancis yang juara 2018 dan masih dilatih legenda hidup Juventus, Deschamps. Deschamps jualah yang mengembalikan Juventus dari Serie B sesudah skandal Calciopoli. Ini bukan bagian yang penting, tapi kalian perlu tahu jejak Juventus dimana-mana.