Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Memulangkan Belanda, Apa yang Kita Baca dari Argentina?

10 Desember 2022   11:23 Diperbarui: 11 Desember 2022   07:20 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gol balasan Petkovic menegaskan bahwa antitesis yang dirumuskan Zlatko Dalic bekerja dengan efektif. Sekaligus juga membuktikan mentalitas juara lebih dimiliki Kroasia, sang semifinalis Piala Dunia 2018. Mereka tidak berantakan sesudah ketinggalan.

Dari arah sebaliknya, kita boleh bilang "tesis-tesis Brazil pra-Kroasia" tidak cukup berkembang; gerak progresifnya tidak berjalan baik. Ujian dari Serbia, Swiss, Kamerun, dan Korea Selatan kurang menyumbang koreksi terhadap game plan coach Tite.

Dalam kerangka tesis/game plan/taktik bermain yang mengalami kemajuan/mengalami gerak menjadi game-to-game, Argentina adalah contoh yang representatif.

Baik Brasil, Belanda atau Kroasia, tidak ada satupun di antara mereka yang memulai turnamen dengan rasa sakit. 

Ketiganya tidak memiliki riwayat dikalahkan oleh negara yang tidak diperhitungkan, yang karena kemenangan bersejarah ini mendapat hari libur nasional. Brasil memang kalah dari Kamerun namun dalam pertandingan yang tidak menentukan lagi.

Sedang Argentina, memulai dengan berjalan dari arah sebaliknya. 

Game plan Scaloni berjalan monoton akhirnya berpuncak sebagai kesia-siaan. Arab Saudi dan Herve Renard berhasil memainkan antitesis yang jitu. Datang dengan penghuni skuad yang bermain di liga-liga top Eropa memang tidak pernah menjadi garansi bahwa sebuah tim akan mulus-mulus saja. 

Yang membedakan adalah rasa sakit seusai dihajar Arab Saudi bekerja sebagai pengalaman katarsis bagi Argentina sekaligus momentum untuk bangkit. Kisah Messi, dkk melalui pengalaman katarsis dan mengalami transformasi sudah dibongkar dalam artikel berjudul Tentang (Rahasia) Argentina Sejauh Ini. 

Ingatlah bahwa Jerman juga mengalami kejutan seperti ini, tapi mereka tidak cukup baik mengelola transisinya. Ketika Jepang melakukan hal yang sama kepada Spanyol, kita melihat bagaimana Maroko berhasil memainkan "tesis Jepang" dengan efektivitas yang lebih rendah. 

Maroko tidak membuat gol di waktu normal sebagaimana Jepang, tapi memaksa Spanyol "si paling build-up" berakhir mengenaskan. Bakat-bakat produk La Liga tidak mampu mencetak gol dari adu penalti. Ironis.

Makanya ketika Argentina berhadapan dengan Belanda, saya termasuk yang percaya Messi, dkk bakalan melewatinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun