Kombinasi kualitas yang bikin kita termewek-mewek melihat mereka berjuang membuktikan kata-kata Nelson Mandela: It Always Seems Impossible Until It's Done!Â
So, jika nanti Shin Tae-yong tak memiliki masa depan yang panjang maka sadarilah hanya Uruguay yang berani menggunakan Oscar Tabarez selama 15 tahun.
Oleh karena itu juga, ketimbang patah hati karena lagi-lagi dikecewakan keputusan PSSI, mari kita simak salah satu penemuan pelatih asal Korsel yang pernah mengeliminasi Jerman di piala dunia Rusia.
Eksperimen Sukses Bernama Ricky Kambuaya
Saya bagian dari barisan gagal move-on dari era Luis Milla, saya praktis tidak mengikuti anak-anak asuhan Shin Tae-yong. Juga tak mengikuti liga Indonesia secara telaten walau tahu Persipura sedang berada di titik nadir bersama coach Jacksen Tiago.
Hingga pada suatu jadwal, Persipura bertemu Persebaya. Duel sesama warisan perserikatan yang masih bertahan di era patah tumbuh dan kongsi klub-klub kekinian tanpa riwayat.
Persipura saat itu sudah unggul. Namun hasil akhir dibalik dengan sempurna oleh anak-anak asuhan Aji Santoso. Ricky bermain baik walau tak mencetak gol. Beberapa kali ia juga terlibat duel sengit tapi tetap sportif.Â
Dalam hati saya, ada lagi mutiara Papua yang bersinar di tanah Jawa sana. Uniknya, walau bukan satu-satunya, pria yang tempat kelahirannya sama dengan Boaz Salossa ini tak mengorbit dari jalur yang lazimnya melahirkan pemain top Papua.
Jalur itu adalah pernah memperkuat tim PON Papua lalu bergabung dengan Persipura. Ricky sependek yang bisa dilacak dari rekam jejak digital tak mengikuti jalur ini.Â
Ricky tercatat memiliki klub sejak bergabung dengan Pro Duta di usia yang belum genap 20 tahun. Kemudian bermain dengan klub liga II, PS Mojokerto Putra di tahun 2017. Sesudah dua musim di sini, Ricky bergabung dengan PSS Sleman yang diasuh mantan penyerang timnas, Seto Nurdiantoro.Â
Hanya semusim di Sleman, Aji Santoso membawa pemain yang gemar menaikkan celana sebelah kanannya ini ke Persebaya. Di Persebaya, Ricky bermain dalam pakem 4-3-3 dengan fungsi gelandang serang. Atau lebih pas sebagai box-to-box midfielder.
Bagaimana pria yang tanggal lahirnya sama dengan Karl Marx ini bisa meniti bintangnya di perantauan masih diselimuti misteri. Yang pasti kemunculannya mengingatkan pada bakat-bakat Papua yang tiada keringnya.Â