Seorang insinyur yang lelah,
sesudah bertahun-tahun berburu bahagia,
bertahun-tahun dia mencintai kerja, tapi:
tubuhnya hanya menulis nasib yang susut,
pikirannya menabung niat yang kalut.
Pada satu libur singkat
ia tamasya ke kubur bapaknya.
Di atas pusara, sambil melipat airmata. Dia memilih curhat.
"Bapak, mimpiku diajar menjadi perusahaan paling sibuk,
hatiku dilatih sebagai pasar paling ramai. Sampai hari ini,
aku ingin minggat saja. Tapi tak tahu caranya."
Dari balik nisan, bapaknya terkekeh-kekeh
"Sudah begitu hukumnya
kalau mau disebut manusia,"
bapaknya tak sempat jadi manusia,
keburu disikat masa muda dan terminal antar kota, "bersyukurlah saja, Nak."
"Bagaimana rasanya bersembunyi di dalam sana?"
Bapaknya ingin cerita tapi waktu bersedih sudah selesai.
"Bapak, aku sedang merakit instalasi keheningan,
kelak ia menyatukan kematianmu dengan
kekacauanku. Di seluruh riwayat hidup yang ribet ini."
Esok pagi, di atas pusara. Timbul berita.