Apa yang tidak dibicarakan dari James Bond ketika menunggu rudal tiba lantas melumatnya bersama seluruh fasilitas pengembang senjata biologis?Â
Dikils, Andi dan Tono berusaha menimbang-nimbang kemungkinannya. Sore ini, tak ada politik nasional. Mereka memilih membicarakan film saja. Di pos ronda, pada sebuah gang yang pernah menjadi perlintasan sapi di masa kolonial.Â
Sesudah pertengkaran kecil karena debat tentang kekuasaan di Bersatu, Bangkit dan Preet!Â
"Tentu saja dia terlihat lebih tua, kecapean dan lalai. Sementara yang dihadapinya? Hanya kumpulan lalat. Lihat bagaimana caranya membersihkan pasukan bayaran yang menjaga fasilitas tersebut. Terlalu gampang, bukan?Â
Fasilitas serahasia dengan ambisi segila itu cuma dibereskan sebentar saja? Oh ya, juga perempuan yang menggantikannya, 007 yang baru. Seperti apresiasi terhadap kesetaraan gender yang dipaksakan.Â
Cara Nomi memegang senjata saja terlihat masih kurang latihan. Lashana Lynch perlu kerja lebih keras lagi."
Seperti biasa, Dkils memulai dengan merumuskan antitesis yang langsung menyerang kejanggalan relasi antar tokoh dengan idenya. "Fukunaga bukan tangan yang pas untuk cerita perpisahan yang (semestinya) nostalgis."
Dan Andi punya versi sendiri. Tak cukup cuma menyimak.
"Saya pikir, kita mesti melihatnya dari hukum evolusi belaka. Kematian Bond adalah keniscayaan yang disimpan. Lojiknya--cieh, lojik--aparatus teror terus berkembang. Mereka bahkan telah mengembangkan nanobot yang membunuh berdasarkan DNA tertentu.Â
Sedang Bond, sorry guys, dia bukan John McClane. Tapi, maksud saya, bagaimana jika semprotan nanobot itu diproduksi massal seperti hand sanitizer berharga miliaran?"  Â