Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Dari "Mare of Easttown": Bagaimana Perempuan Menjadi Pahlawan?

11 November 2021   10:43 Diperbarui: 11 November 2021   19:30 1593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mulai dengan menjumpai sedikit fakta berikut ini. 

Mare of Easttown (selanjutnya akan disingkat MoE) adalah serial terbatas produksi HBO. Tayang sejak 18 April dan berakhir Mei 2021. Keseluruhannya berisi 7 episode. Kate Winslet memerankan karakter utamanya: Mare Sheehan. Seorang ibu, nenek sekaligus sersan detektif di Easttown, Pennsylvania. 

Kemudian ada Guy Pearce yang berperan sebagai Richard Ryan, seorang pengarang dan profesor Penulisan Kreatif. Julianne Nicholson yang berperan sebagai Lori Ross, sahabat Mare sejak zaman abege. 

Evan Peters yang memerankan karakter Colin Zabel, rekan kerja Mare. Dan Jean Smart yang memerankan Helen Fahey, ibunya Mare. Sekadar menyebut beberapa nama yang familiar. 

Kedua, serial ini berhasil meraih 16 nominasi pada perhelatan Primetime Emmy Awards ke-73. Kate Winslet, Julianne Nicholson dan Evan Peters berhasil memenangkan kategori Outstanding Lead Actress in a Limited Series or Movie, Outstanding Supporting Actress in a Limited Series or Movie  dan Outstanding Supporting Actor in a Limited Series or Movie. 

Di luar itu, secara keseluruhan, Internet Movie Database (IMDb) merangkum jika serial ini berhasil mengumpulkan 48 nominasi dengan 12 yag dimenangkan. Salah satunya adalah nominasi dari GALECA: The Society of LGBTQ Entertainment Critics serta dari Hollywood Critics Association.

Ketiga, naskah MoE dikarang oleh Brad Ingelsby. Ingelsby adalah sosok yang menulis naskah untuk film The Way Back (2020) yang diperankan Ben Affleck. Run All Night (2015), diperankan Liam Nesson. Juga film American Woman (2018), diperankan oleh Sienna Miller. Di ajang Primetime Emmy Awards ke-73, Brad Ingelsby meraih nominasi untuk kategori Outstanding Writing for a Limited or Anthology Series or Movie. So, bukan produsen naskah kaleng-kaleng.

Keempat, IMDb mengumpulkan rating 8,5 untuk serial ini. Sepadan dengan waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikannya. Sebuah review yang memikat terhadap serial ini pernah tayang di Kompasiana, pada bulan Mei yang lalu. 

Diberi judul Mare of Easttown: Serial Detektif yang Menerobos Stereotipe [REVIEW]. Sayang, kurang dilirik admin saat itu. 

Saya ingin menegaskan jika pesan sentral serial ini adalah tentang perempuan yang berjuang menjaga dunia di sekitarnya tak runtuh dimana kemalangan dan penderitaan mudah sekali bertukar hadir dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Sosok perempuan yang kuat.

Dengan melihat "kondisi-kondisi sosial" yang membentuk sosok perempuan seperti Mare Sheehan, kita sedikit banyak boleh melihat kompleksitasnya dari sebuah kota kecil. Semacam sketsa sosial yang sederhana.

Selebihnya, Kate Winslet patut disanjung karena berhasil menghidupkan karakter yang sangat kuat lewat sikapnya yang keras kepala, pekerja keras, penggemar vaping, sahabat yang siap sedia dan berjuang melawan rasa bersalahnya setiap saat.

Sketsa Pertama: Jejaring Sosial Vs Keseimbangan Peran
Dunia sehari-hari di Easttown adalah jejaring sosial yang cukup intim, walau tak selalu harmonis. Karena itu juga orang-orangnya tersambung dalam interaksi yang selalu berusaha saling menjaga, memastikan satu sama lain dalam keadaan baik-baik saja.

Kate Winslet sebagai Mare Sheehan di Mare of Easttown | HBO
Kate Winslet sebagai Mare Sheehan di Mare of Easttown | HBO

Sama halnya jika terjadi kejahatan atau skandal, segera saja menjadi percakapan umum. Seolah-olah jejaring sosial intim itu juga adalah rumah kaca dimana setiap orang bisa saling mengawasi.

Salah satu yang positif, intimitas sosial itu juga mengondisikan mudahnya muncul perasaan terlibat dan kehendak merangkul jika ada warga yang sedang berduka. Ada pesan yang kuat, sebagaimana jejaring yang saling terikat menopang keberlangsungan, jika Anda tidak akan sendirian. Sebuah mikrokosmos yang hangat, sesungguhnya.

Dalam pada itu, Mare Sheehan adalah salah satu "agensi" yang penting. Ia terlibat menjaga tertib sosial di lingkungan interaksi yang intim ini. Sebagai sersan detektif, dia selalu berusaha memastikan warga di wilayah kerjanya dalam kondisi aman. 

Memastikan tak ada aksi kejahatan yang merusak kenyamanan bersama. Dengan begitu, fungsi publik dari Mare adalah representasi dari kehadiran aparat penegak hukum. 

Mare yang telah menjanda masih tinggal di satu halaman yang sama dengan mantan suaminya. Walau berpisah, mereka tetap berbagi peran dalam mengurusi cucu lelaki satu-satunya. Mare sempat menjalin cinta kilat--ketemu sebentar di bar langsung sikat--dengan seorang penulis. 

Selain tak lagi membutuhkan romantika yang bertele-tele, sosok Mare adalah sosok yang tak imun dari permainan kotor. Ia termasuk jenis yang menghalalkan segala macam cara jika telah mengancam ketenangan domestiknya. 

 


Sketsa Kedua: Menegakkan Hukum Vs Mengorbankan Satu Keluarga
Kegemparan di Easttown dimulai oleh pembunuhan yang sadis terhadap ibu muda, Erin McMenamin (Cailee Spaeny). Tubuhnya ditemukan dalam kondisi telanjang dengan jidat yang menganga sesudah malam berkumpulnya muda-mudi di sebuah bukit. Erin memiliki seorang bocah dengan mantan pacarnya, Dylan Hincey. Cinta mereka terlanjur berubah benci.

Pada mulanya Dylan dan pacarnya yang baru adalah tersangka utama, terutama jika melihat temperamen mereka yang cenderung ingin menyakiti Erin. Saat yang bersamaan, ada seorang remaja yang lama hilang dan belum berhasil ditemukan oleh kepolisian Easttown; kasus yang membuat Mare frustasi dan merawat hubungan buruk dengan ibu dari gadis tersebut. 

Sebelum terkuak, kasus pembunuhan ini telah menyeret nama baik seorang pastur muda yang bertemu Erin di malam sebelum terbunuh. Ada "otoritas suci" yang diguncang. Juga menyeret mantan suami Mare, Frank, yang pernah memiliki kedekatan. 

Frank bahkan sampai dipaksa melakukan tes DNA olehnya. Pembunuhan yang terjadi di dalam kerumitan hubungan personal dan jejaring kelembagaan sosial (keluarga dan gereja) berada dalam pasang surut dugaan dan ketegangan.

Perlahan, bukti-bukti dari pembunuhan Erin mengarahkan Mare dan Colin pada hubungan insest yang melibatkan paman dan keponakan. Sang paman itu adalah suami dari Lori Ross, sahabat yang seringkali menjadi pendengar segala uneg-unegnya. Mare tiba dalam dilema. 

Menegakkan hukum dengan konsekuensi menghadirkan kehancuran, bukan saja stigma, kepada keluarga sahabatnya atau memilih jalan keluar dengan mencari kambing hitam. Mare yang keras kepala tetap memilih fungsi publiknya. Keadilan tetap harus ditegakkan andaipun langit runtuh. 

Menjelang akhir, kita terus tahu jika pelakunya adalah Ryan Ross. Remaja, anak lelaki Lori yang tak ingin keluarganya berantakan karena perselingkuhan insest ayahnya. 

Ryan harus meneruskan masa remajanya di penjara anak. Mare harus menormalisasi kedekatannya dengan Lori. Mendampinginya agar kembali bisa meneruskan hidup yang berantakan. Tetap ingin hadir dalam dua fungsinya. 

Dua sahabat, Lori dan Mare| HBO via hollywoodreporter.com
Dua sahabat, Lori dan Mare| HBO via hollywoodreporter.com

Sketsa Ketiga: Melarikan Diri Vs Berdamai
Pada Mare, kita melihat seorang perempuan, ibu, dan nenek yang memiliki penderitaannya sendiri. Kontras dengan dunia di luar sana, yang selalu ingin dilindunginya sebagai detektif, area domestik Mare adalah keluarga kecil yang hidup dengan menanggung kehilangan, trauma serta rasa bersalah. 

Anak lelaki, yang mewariskannya seorang cucu, adalah seorang pecandu dan mati bunuh diri. Hubungan mereka tak selalu baik, termasuk dengan ibu dari cucunya. Sejak saat itu, Mare akan melakukan apa saja. Bahkan merekayasa barang bukti agar hak asuh cucunya tak jatuh pada menantunya yang sedang dalam masa rehabilitasi. 

Pun dengan anak perempuannya, Siobhan Sheehan, mereka lebih sering bertengkar ketimbang akur. Sejak kematian tragis sang kakak, Siobhan cenderung berseberangan dengan sang ibu. Sedang terhadap nenek Siobhan yang juga tinggal serumah, mereka sering berbeda paham. 

Tak jarang, keluarga kecilnya serupa dihuni oleh para perempuan dengan kepala terbuat dari dinamit bersumbu pendek.

Mare berkali-kali berusaha meyakinkan jika semua akan baik-baik saja terhadap trauma dan rasa bersalah itu. Walau tak jarang, sikap seperti melahirkan pembalasan yang berbahaya. Usaha menjadi yang cenderung overprotektif. 

Pada saat bersamaan, Mare juga bukan tipe perempuan yang melarikan diri pada sejenis religiusitas palsu. Sehingga ia benar-benar seorang ibu yang bertarung melawan dunia tanpa memohon campurtangan yang ilahiah.

Mare yang keras hati akhirnya sukses berdamai dengan kesedihan yang brutal. Kesedihan yang bekerja layaknya lubang hitam: menyedot apa saja yang waras dan meninggalkan kegelapan kepada pemiliknya. Perdamaian yang menandai akhir yang bahagia.

Segala macam benturan yang bekerja dari dalam ataupun datang dari luar telah bekerja menyusun Mare yang menerima kehilangan. Mentransformasinya sebagai pribadi dalam tiga atribut: detektif, ibu dan nenek yang bukan saja tangguh. Namun juga selalu berani menghadapi segala kemungkinan.

Postskrip 
Dalam Mare of Easttown, kita menjumpai Mare Sheehan sebagai rekam jejak pergulatan lahir batin ibu yang bertarung menjaga keseimbangan peran harian. Kita diajak menyelami kompleksitas, pasang surut konflik dalam keseimbangan peran seorang ibu pada jejaring sosial yang intim, hangat, namun selalu terbuka bagi tragedi dan kemalangan.

Mare Sheehan adalah batu karang yang tegak di dalamnya. Dia jauh dari atribut yang suci dan berkali-bali bertarung agar tak remuk atau berantakan tak bersisa.

Kepahlawanannya diuji dalam keseharian jejaring sosial yang intim walau tak selalu harmonis dan sepi dari tragedi dengan keberterimaan terhadap kemalangannya sendiri serta keteguhan menjalankan peran gandanya. 

Sesudah akhir yang bahagia, Mare tidak pergi kemana-mana. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun