Baru kali ini, rasa-rasanya, menulis mengenai tips adalah perkara yang bukan saja rumit, tapi asing.Â
Hampir sejam, lapak saya terbiar begitu. Melongo, layaknya kehilangan arah berbangsa dan bernegara. Duh!Â
Masalahnya, niat terlanjur dipancang, pantar mundur! Oh iya, Anda yang mampir ke sini, sebaiknya membaca pengalaman di dalamnya sebagai narasi orang dari pinggir.Â
Jadi, saya memulainya dengan membaca sebuah artikel di Kompas.com (11/10/2016). Artikel yang bercerita tentang orang muda produktif di ruang urban yang mengalami kecemasan. Sekali lagi, orang muda di ruang urban, bukan orang uban di ruang muda.Â
Artikelnya berjudul Kecemasan Kaum Muda Urban. Tentang orang muda yang tertekan, mengalami stres sosial karena irama kerja urban. Â Mengalami gangguan jiwa.Â
Saya kutipkan saja di sini:
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia Eka Viora mengatakan, gangguan jiwa yang banyak terdeteksi di perkotaan antara lain depresi, kecemasan, panik, dan kecanduan. "Kemacetan, kriminalitas, dan kemiskinan turut menjadi pemicu," ujarnya.Â
Peneliti Pusat Kesehatan Mental Masyarakat Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Rahmat Hidayat mengatakan, ritme hidup dan dinamika kota serba cepat jadi faktor risiko stres. Tata kota dan sistem transportasi buruk jadi faktor penekan membuat warga rentan stres. "Stres dan perkotaan itu identik," katanya.Â
Padahal, kini 54 persen penduduk Indonesia tinggal di perkotaan. Itu membuat potensi warga stres amat besar.Â
Jika tak segera diantisipasi, itu memicu banyak masalah kesehatan dan sosial. Apalagi, banyak warga melepaskan stres dengan rokok, alkohol, atau obat terlarang.