Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kota, Kita dan Kata-kata

5 Januari 2020   21:37 Diperbarui: 5 Januari 2020   21:57 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dok. Pribadi

mengapa kota diangan-angankan?

lalu kita mesti  di sana, kata-kata memaksa segala
tampak indah, bahagia namun tidak pernah sederhana

kota mencipta museum dan upacara,
kita belajar percaya, masa lalu tidak pergi kemana-mana
sedang kata-kata hidup bagai kitab sejarah
tapi kepala lekas lupa: kemarin berburu apa?

kota memelihara taman dan rumah kesenangan
kita ingin percaya, alam tidak pernah dalam kesengsaraan
sementara kata-kata berkhotbah keselarasan
tapi bertahan adalah pasang surut keserakahan

kota mengawinkan kedai kopi dan labirin belanja,
kita harus percaya, semua kerja pasti setara
sedang kata-kata bermimpi hidup kaya lagi bahagia
tapi demi makan saling memangsa

kota melestarikan rumah-rumah doa dan pejabat agama,
kita wajib percaya, bahwa permohonan mulia
adalah kata-kata kepada tabah dan semua kelak baik-baik saja
tapi gemar membunuh cinta di Senin pertama

kota melahirkan pemilu, penguasa dan omong besar
kita tidak bisa bicara, kata-kata tinggal milik
para pemenang.

kita ingin pergi, tapi bagaimana?

kota adalah belantara trauma, lupa dan
orang-orang berburu ingin angan. Terkutuk bersama-sama selamanya.

tidak ada sungguh-sungguh
sanggup hidup tanpanya.

Petai, 2020-Januari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun