Angka-angka itu lebih baik dari kinerja yang dimiliki dua gelandang sayap Inter, Asamoah (6,4) dan D'Ambrosio (6,8). Pendek kata, mereka kalah tarung di area sayap yang justru menjadi salah satu ciri Conte dalam menyerang.Â
Apalagi, umpan menyilang diharapkan melayani Lukaku di kotak penalti. Artinya, boleh dikatakan jika kekalahan di sayap adalah kondisi pertama dari kekalahan La Beneamata.
Ketiadaan suplai bola dari sayap alias keberhasilan mematikan serangan sayap dari Inter adalah kunci pertama yang berhasil dibereskan.Â
Bagaimana dengan lini tengah dari, mengutip Sarri, permainan yang indah ala Juventus?
Dari pandangan mata, kita bisa melihat jika Pjanic-Matuidi-Khedira dan Bernardeschi sebagai penyerang lubang bekerja lebih impresif. Pjanic bahkan terlihat selalu leluasa merancang inisiatif serangan.Â
Aksi-aksinya memberikan angka 7,2. Pun dengan Matuidi (6,9) yang tampil begitu mobile dalam membantu serangan serta meng-cover pertahanan bersama Alex Sandro.Â
Sedang Khedira (6,2), walau tidak cukup agresif di sisi kanan namun terlihat cukup solid menjaga pertahanan bareng Cuadrado. Bernardeschi yang mendapat rating 6,2 bahkan mendapatkan momentum untuk menciptakan gol. Perannya cukup menyumbang dalam mendukung penyerangan.
Secara statistik, rating lini tengah Nyonya Tua lebih baik dari tiga gelandang Inter: Brozovic (6,0), Sensi (6,1) dan Barela (6,1). Namun, rasanya, yang paling menonjol dari kekalahan lini tengah adalah Mister Conte tidak memiliki kreator serangan yang dulu diperankan Andrea Pirlo dalam skema 3-5-2 kala membesut Juventus.Â
Rasa-rasanya lho ya!
Bahwa ada riwayat tim yang diasuh Conte selalu kalah saat ketemu Juventus, itu mungkin jenis "kutukan yang lain".Â
Lantas, bagaimana dengan lini serang?