Seperti kemarin, kita selalu tidak ingin dilupakan
sebelum duduk di sini. Namun waktu masih saja laju,
dan denyut kota ini - dan kenangan-kenangan itu-
seperti bayi yang dikorbankan tanpa pernah merenungkan
kesementaraan...
Segala yang tumbuh dimulai dari banyak tiba-tiba:
sepasang kaki saling terinjak di dalam angkutan kota, meminta maaf,
berjanji bertemu saat pukul lima, memelihara cinta, bercita-cita,
bertengkar dan pulang ke dalam diri yang ingin dewasa
Tapi di kota, kepada yang mengatur di balik waktu yang laju
mata hanya teknologi bagi rencana atau prakira
telinga terkantuk-suntuk di depan tabung kaca-
atau mengapa tanganmu tak pernah sungguh memeluk tubuhku!
kemudian kita akan lebih lekas terlupakan,
di setiap bangku kota, dan kenangan-kenangan itu
cuma hilir mudik kesendirian
dalam jendela kereta yang melaju
di atas kepalamu...
[Bukit Kecil, 2019]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H