Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Waktu Masih Saja Laju

4 Maret 2019   08:40 Diperbarui: 4 Maret 2019   21:05 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Becak di bawah rel Lintas Rel Terpadu, Pasar Cinde Palembang | Sumber: Dok. Pribadi

Seperti kemarin, kita selalu tidak ingin dilupakan
sebelum duduk di sini. Namun waktu masih saja laju,
dan denyut kota ini - dan kenangan-kenangan itu-
seperti bayi yang dikorbankan tanpa pernah merenungkan
kesementaraan...

Segala yang tumbuh dimulai dari banyak tiba-tiba:
sepasang kaki saling terinjak di dalam angkutan kota, meminta maaf,
berjanji bertemu saat pukul lima, memelihara cinta, bercita-cita,
bertengkar dan pulang ke dalam diri yang ingin dewasa

Tapi di kota, kepada yang mengatur di balik waktu yang laju
mata hanya teknologi bagi rencana atau prakira
telinga terkantuk-suntuk di depan tabung kaca-
atau mengapa tanganmu tak pernah sungguh memeluk tubuhku!

kemudian kita akan lebih lekas terlupakan,
di setiap bangku kota, dan kenangan-kenangan itu
cuma hilir mudik kesendirian
dalam jendela kereta yang melaju

di atas kepalamu...

[Bukit Kecil, 2019]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun