hanya ada satu pintu
dan sepasang langkah yang tak lagi jumbuh
aku adalah lantai kayu,
ketika langit-langitnya terbuka
November turun mengisi nasibnya
membasahi apa saja yang berluka
menangisi siapa saja yang berkaca-kaca;
segala bersedih tanpa bisa berhenti
demikian juga dengan piring kotor, wajan bekas
nasi goreng atau cangkir sisa vodka
di bulan basah begini, mereka rapi sekali
selayaknya kematian telah direstui
adapun jendela
yang menatap sejarah di luar sana
telah terkunci dari udara lega
gelap dan sesak
aku adalah lantai kayu
hanyalah lantai kayu
ketika hujan terlalu biru
di depan pulang, di belakang pintu
[2018]
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H