Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Di Hidup yang Terbakar

17 November 2018   09:53 Diperbarui: 17 November 2018   18:33 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

hidup seperti kelakar,
dari kesedihan yang terbakar

ada bau keringat yang gagal,
ada peluh, kisah dan kesal. banal
ada lukisan camar dan pelabuhan tua
bersama taman yang setia

ada pasar malam, rumah hantu
atau anak-anak yang kehilangan air susu
ada orkes dangdut yang pulang malu, tak pulang rusuh
serta pengojek yang tumbang setiap subuh

ada keroncong perjuangan di stasiun bekas jajahan,
dengan bocah-bocah berlari di sepanjang relnya
ada deret rumah kardus berlapis lima
dan berita koran perihal zaman yang ditertibkan

ada sisa-sisa bibirmu,
ada air mata berenang di situ
ada perpisahan yang kita peluk!

[2018]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun