Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Gerimis

28 Oktober 2018   12:14 Diperbarui: 28 Oktober 2018   13:13 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: WallpaperMania.eu

Gerimis begini semestinya masih. Sangsi dan sendiri.

Sebab selayaknya senja terbenam di jemuran, kenanganmu bakal hengkang, mengikuti diam dan pasti. Mengalami lumrah dan sederhana.

(Walau barangkali saja) telah serupa buku tentang tabah-atau bodoh? Di kata-katanya, ada kangen yang terbakar  lalu menguap ke dalam elegi. Tumbuh oleh persilangan patah pura-pura kesetiaan.

Kau lupa jika di depan ambisi abadi, hanya terbit dua nasib: burung di dalam sirkus atau tikus yang menyeberangi jalanan Jakarta. Cuma menghamba kepada naas.

Gerimis sewajibnya masih, mewaspadai dan pergi. 

[2018]

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun