Gerimis begini semestinya masih. Sangsi dan sendiri.
Sebab selayaknya senja terbenam di jemuran, kenanganmu bakal hengkang, mengikuti diam dan pasti. Mengalami lumrah dan sederhana.
(Walau barangkali saja) telah serupa buku tentang tabah-atau bodoh? Di kata-katanya, ada kangen yang terbakar  lalu menguap ke dalam elegi. Tumbuh oleh persilangan patah pura-pura kesetiaan.
Kau lupa jika di depan ambisi abadi, hanya terbit dua nasib: burung di dalam sirkus atau tikus yang menyeberangi jalanan Jakarta. Cuma menghamba kepada naas.
Gerimis sewajibnya masih, mewaspadai dan pergi.Â
[2018]
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H