Pernahkah kau hidup pada kota yang hampir setiap bulan melahirkan salon kecantikan?Â
Sementara di rumah sakit, orang-orang berwajah masam tetap berjubel, mengantri bersama penderitaannya. Adapun wajah para dokter hanya terlihat sumringah di depan gawai mereka?Â
Sedang kau sendiri, di kepalamu, selalu ada seorang perempuan yang nyaris menang di hadapan penyerbuan iklan perihal tubuh dan keabadian. Seperti ingin mengatasi hari yang makin perih. Seperti ingin mengatakan yang disediakan waktu hanyalah kolonisasi angan-angan terhadap tubuh.Â
Dan perempuan itu, hampir setiap sepi, muncul dari balik selimutmu yang lembab. Tertawa dan berkata lirih, "Bagaimanakah cinta boleh cukup sebagai obatnya?" Kau terus bersedih. Kau ingin menangis tapi tak ada lagi kesedihan yang benar-benar baru.
Kemudian mematung seperti kemarin. Mengenang hari kau dimakamkan.Â
[2018]
***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H