Membunuh raja bukanlah memulai perang. Tapi mengakhiri - Matt Graver
Sicario adalah film perang melawan narkotik dan obat-obat terlarang. Perang yang melibatkan dua negara bertetangga. Amerika dan Meksiko. Yang melibatkan satuan penegak hukum dengan kartel narkoba; State vs non-state actors. Tapi bukan perang sembarangan.
Jika pada seri sebelumnya, Sicario masih menyisakan pesan tentang dilema lewat pergumulan batin sosok cantik nan keras hati, Kate Macer (Emily Blunt). Dilema yang tampak manakala Kate ngotot mengikuti prosedur investigasi untuk menghukum gembong narkoba. Sementara atasannya tidak mampu berbuat banyak.
Mereka memang memiliki rekor buruk dalam penegakkan hukum sesudah kerja inverstigasi dirampungkan.
Karena itu, orang seperti Matt Graver (Josh Brolin), seorang CIA, dipakai menciptakan kekacauan, memulai dan memenangkan perang. Matt adalah kreator kekerasan. Bahkan tergolong jenis yang obsesif.
Baginya, problematisasi moral dan hukum dalam berurusan dengan kartel hanyalah daftar omong kosong.
Kali ini, dalam edisi  Day of The Soldado, tak ada lagi dilema moral seperti diwakili karakter Kate. Taylor Sheridan, si penulis naskah yang sama dengan edisi 2015, langsung memasukan audiens kedalam cerita mengenai kekuatan-kekuatan yang mengoperasikan War Against Terrorism.
Tangan Hitam dan Perang Melawan Teror
Seri kedua dibuka dengan dua adegan bom bunuh diri. Pertama, dalam rombongan pelintas batas sedangkan kedua, pada sebuah minimarket di Kentucky, Amerika. Para pelakunya adalah lelaki berciri fisik dari Timur Tengah. Dicurigai berasal dari Yaman. Â
Pemerintah segera bereaksi lewat tangan Kementerian Pertahanan. Reaksi yang disampaikan kepada khalayak berupa kecaman, solidaritas kepada korban dan peringatan. Sedangkan reaksi yang disembunyikan adalah aksi langsung melawan teror dengan menggunakan maniak sekelas Matt Graver. Aksi langsung yang menunjukan sifat egoistik sang Superpower. Â Â