Keempat, "momen menyusun strategi dan aliansi". Pada bagian ini, Arthur dikisahkan memimpin rapat bersama para loyalis dari kaum bangsawan dan jelata (ex-warga pelacuran dan sekitarnya). Saat bersamaan, namanya telah menjadi katalisator yang memicu pemberontakan-pemberontakan kecil yang menimbulkan efek delegitimasi dan keresahan di istana pamannya.
Beberapa keputusan strategis lahir dari rapat itu dan bukan karena kharisma Arthur. Para partisipan pemberontakan berasal dari macam-macam posisi kelas yang telah berhimpun ke dalam "blok historis" Arthur.Â
Aliansi politik ini turut didorong oleh "realitas penindasan yang total" alias semua orang telah menderita, lelah dan muak di bawah kekuasaan pamannya. Yang mau saya katakan adalah pluralitas partisipan seperti ini seolah memberi kita gambaran tentang ide-ide dari demokrasi deliberatif.
Empat momen penting pra-pemberontakan yang ditampilkan Ritchie menunjukan bahwa legenda Arthur, bukan saja ditanggalkan dari elemen-elemen mistis alias yang supramanusiawi. Sebaliknya, selalu ada momen-momen psikis, sosiologis dan politis yang melahirkan pemimpin besar. Karena itu, apa yang disebut yang legendaris hanyalah ada sejauh ia historis.
Maksud saya, Ritchie sebenarnya sedang melakukan demistifikasi sekaligus re-invensi terhadap legenda Raja Arthur.
Dengan kata lain, Ritchie memasukkan elemen-elemen rasional yakni teori-teori psikologi, sosiologi, politik dan filsafat emansipasi ke dalam tubuh cerita raja Arthur. Demistifikasi plus re-invensi yang dilakukan adalah untuk melahirkan kepemimpinan Arthur yang "lebih nyambung" dengan perkembangan kesadaran kekinian ilmu politik.
Sayangnya, satu elemen mistis yang belum bisa didekonstruksi Ritchie adalah keberadaan penyihir dan pedang Excalibur. Atau barangkali, kita harus melihat ini sebagai kondisi yang disengaja.Â
Yakni demi menjelaskan yang rasional tidak selalu menjadi sebab utama perubahan. Selalu ada kekuatan-kekuatan "supra-rasional" yang terlibat dalam pencapaian takdir sejarah tertentu.
***
*) Sebelumnya pernah tayang di Ngawursiana alias Penatajam. Dimuat di sini demi melengkapi pengarsipan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H