Peter Ludwig Berger dan Sosiologi Penderitaan
Mengikuti perkuliahan di tahun-tahun awal ternyata segera membosankan sesudah masa adaptasi di empat semester awal. Maksud saya, empat semester awal hanyalah percakapan yang tidak ke mana-mana tentang mata kuliah dasar umum. Semester berikutnya, bengal kembali kumat. Bengal yang terancam menjadi beban orang tua.Â
Bengal yang kemudian disembuhkan seorang pendeta Protestan cum sosiolog bermazhab Weberian. Pendeta itu dosen wali saya sendiri.Â
Dari beliaulah, saya diperkenalkan dengan gagasan-gagasan Peter Ludwig Berger. Salah satunya dengan mengenalkan magnum opus Berger dan Luckmann yang berjudul Tafsir Sosial Atas Kenyataan (1966).
Perkenalan yang selanjutnya membawa pencaharian atas karya-karya sosiolog berkepala plontos yang lain, seperti Pikiran Kembara, Revolusi Kapitalisme, Langit Suci, Sosiologi Ditafsirkan Kembali serta Piramida Kurban Manusia.
Tetapi dari daftar karya-karya mencerahkan di atas--yang membuat malu tak berujung karena mengenang pertanyaan tidak tahu diri kepada dua guru SMA dahulu--saya hanya menceritakan yang disebut terakhir.
Pasalnya, dari karya itu, saya boleh menyusun penelitian sederhana yang menjelaskan terpinggirkannya nelayan tradisional dari pusat kota yang mengadopsi ideology Waterfront City di semenanjung lautan Pasifik. Dan dari ajaran-ajaran fenomenologis Berger, saya boleh mendapat selembar kertas pernyataan kelulusan yang belum pernah dipakai untuk melamar ke kantor pemerintahan, apalagi ke tangsi militer.
Piramida Kurban Manusia atau dalam judul Inggrisnya, Pyramids of Sacrifice: Political Ethics and Social Change, adalah usaha intelektual Berger mengeritik dua ideologi mayor dalam pembangunan masyarakat dunia ketiga, yakni kapitalisme dan sosialisme.
Berger berusaha melakukan demistifikasi terhadap mitos pertumbuhan kapitalisme dan mitos revolusi dalam sosialisme. Lantas mengajukan satu etika politik terhadap pembangunan yang memanusiakan.
Yang saya ambil dari beliau bukanlah melanjutkan diskusi sengit terhadap mitos-mitos di dua ideologi yang berseteru bahkan hingga merembes ke medan produksi budaya pop, misalnya ketika Amerika Serikat membuat Superman dengan S besar di dadanya, Soviet melahirkan Superman dengan Palu Arit di dadanya.
Saya sekadar mengambil konsepsi Berger tentang "Calculus of Pain" dan "Calculus of Meaning". Konsepsi yang memasukkan kebijaksaan moral dalam keputusan pembangunan. Konsepsi yang menjelaskan tentang Perhitungan terhadap Penderitaan dan Perhitungan terhadap Makna.