Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peter Berger dan Sosiologi Penderitaan yang Menyelamatkan

29 Agustus 2018   16:11 Diperbarui: 6 Oktober 2019   09:21 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendiang Peter Berger | kerknet.be

Suara-suara kutuk inilah yang membuat kami sering termotivasi untuk bersaing dengan anak-anak yang konon pintar-pintar di jurusan pengetahuan alam. Motivasi yang bisa disebut dengan "kebutuhan untuk nakal" agar tercatat di sepuluh besar siswa bengal yang bersanding dengan terbalik dengan sepuluh besar siswa dengan kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement, N-ach) se-kota Jayapura.

Agar kutukan yang membuat masa depan terbayang selalu kelam ini terkurangi, saya pergi mencari sandaran motivasi, mencari alasan yang meyakinkan bahwa memilih sosiologi adalah jalan nasib yang membebaskan. Saya memutuskan menjumpai lagi dua orang guru saya yang selama masa belajar itu tidak pernah saya tanyai ketika sedang berbusa-busa menerangkan.

Saya percaya, pertanyaan yang jujur muncul bersamaan kebuntuan yang mendekati petjah.

Seperti kasus seorang nenek yang terus bertanya kesan kakek terhadap baju yang baru dibelinya. Sayang sekali, si kakek hanya menjawab dengan kata-kata singkat yang malas, "Sudah bagus." Atau "Mantap." Akhirnya si nenek membiarkan tubuhnya tanpa selembar benang dan bertanya dingin, "Kalau begini, bagus gak?"

Dengan naluri lelaki yang tak redup dirundung sepuh, kakek menjawab enteng, "Ini paling bagus. Tapi kamu harus disetrika dulu, Sayang."

Maka saya bertanya yang sama kepada kedua guru itu.

"Pak Guru, sesudah lulus kuliah sosiologi, saya boleh kerja sebagai apa?"

"Kamu bisa jadi apa saja. Menjadi pejabat bisa, pengusaha, menjadi politisi pun bisa. Sosiologi kan luas, ilmu tentang masyarakat. Kalau memahami masyarakat dengan baik, kamu bisa bekerja dalam banyak profesi."

Oke Bapak Guru, yang penting saya bisa bekerja. Eh, tapi, kok beliau tak menyarankan bisa sebagai tentara?

Maka saya pergi berlayar dengan KM Umsini dan dilepas dari pelabuhan Jayapura dengan lagu dari band Black Sweet yang sampai sekarang masih merawat getar-getar haru: Jayapura itulah negeriku yang kutinggalkan, ku pergi untuk kembali lagi.... Kau melepaskan kepergianku dengan air mata, kau memasrahkan kepergianku dengan hati rela. Jalan yang ku telusuri untuk kita sayang, ku pergi untuk kembali lagi.

Ketika itu langit yang mendung berpuncak gerimis di mata ibu. Buah hati pertamanya kini pergi jauh dari rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun