Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Matamu Hujan, Kota Ini Hanyalah...

26 Agustus 2018   10:43 Diperbarui: 26 Agustus 2018   11:17 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika matamu hujan, 

kota ini adalah museum raksasa
dengan lukisan suram di sekujur sejarah
hingga kebimbangan mematung diri
dalam cermin di kamar mandi.

Orang-orang berubah bayangan,
rusuh dengan nasib sendiri,
asal-usul kekecewaan, apalagi masa depan
yang tak pernah mereka pelajari.

Anak-anak menjadi sebaris prosa
yang ditulis saat senja
berwarna darah, 

sedang janji bukan lagi pelabuhan tua
dengan kekasih yang saling mengirim
doa.

Sementara aku,
kemalangan yang melelah,
terombang-ambing di muara

sebelum kelak mengisi
hujan di matamu.

2018
***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun